Sudah hampir dua minggu di rumah, banyak perkara keluarga yang membahagiakan telah saya lalui. Mulai dari yang sedikit menyedihkan sampai yang sungguh membahagiakan. Salah satunya adalah saat harus menjenguk adik bungsi di pesantren, sudah menjadi kebiasaan keluarga kami selepas lulus SD, langsung dimasukkan ke pesantren. Umi dan aba sudah terbiasa menitipkan anaknya ke pesantren. Saya, kakak dan adik semua pernah merasakan dinamika hidup di sebuah lembaga sekolah sambil nyantri. Kakak saya pesantren di solo, saya di bekasi, adik pertama di bogor dan adik yang terakhir pesantren di serpong.
Masuknya caca ke ponpes Darul Qur’an memberi nuansa yang baru dikeluarga kami. Saya, kakak, dan adik pertama memang alumnus pesantren, pesantren biasa yang kurikulumnya merupakan paduan pelajaran negeri dan kepondokan. Untuk yang satu ini, adik bungsu saya memilih pesantren yang sedikit berbeda, penggenjotan tahfiz Qur’an menjadi kelebihan pesantren ini. Sejak masih SD kelas enam, orang tua memang telah mengarahkan mentalnya untuk menjadi hafizoh, setidaknya lebih unggul hafalannya dibanding kakak-kakaknya.
Hari pertama dijenguk, sungguh mengharukan, jam satu siang kami berangkat, sampai sana sekitar pukul tiga sore. Inginnya berangkat pagi, tapi umi harus kuliah dulu. Sampai disana, ah.. rasanya baru kemarin melihat adik kecil ini masih sering berantem dan susah diatur, kini dia sudah mulai mandiri mengurus dirinya dan belajar untuk bertanggungjawab atas pelajarannya. Sedih tentu, namun inilah langkah awal bagi adik- ku untuk menjelajahi hidup dengan perkembangan usia dan kematangan mental yang mulai menanjak. Awalnya ragu, bisakah dia berpacu dalam pelajarannya. Keraguan ini ditepis dengan kabar bahagia, bahwa dirinya masuk ke level berikutnya dalam hafalan Qur’an, dari enam puluh santri, hanya tiga belas yang masuk ke tahap hafalan dan salah satunya adalah adinda Robi’atu Salsa Bila. Selamat y ca.. moga ini dapat memacu semangat untuk berprestasi.
Cekal bakal kemampuan dan semangat caca memang sudah terlihat semenjak dia SD, di lemari rumah, ada tambahan satu piala, ternya piala “Duha Award” untuk Robiatu Salsa Bila. Suatu penghargaan dari sekolah atas ke-konsistensian melaksanakan solat duha selama sekolah di SDIT. Sebelum masuk pesantren, caca sudah memiliki modal hafalan surat Al-Muluk. Orang tua sejak lama merajut keinginan agar ada salah satu dari keempat putrinya yang memiliki kemampuan hafalan Qur’an dengan baik, rupanya Allah memberi jalan di adik bungsi. Semoga niat dan keinginan dari orang tua, dapat membawa keluarga sederhana ini menunju jalan- Mu yang lebih baik y Allah, Amiiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar