Saya adalah manusia biasa yang mungkin pernah mempertanyakan mengapa doa
saya tidak dikabulkan, sedangkan air mata dan hati sudah begitu lelah meminta. Ibadah
dan sedekah sudah dilakukan.
Dalam kondisi ini, saya coba mencari artikel-artikel yang dapat memberi pencerahan
mengenai doa yang tidak kunjung dikabulkan.
Dari berbagai artikel yang saya temui, berikut adalah artikel yang
menurut saya paling enak untuk dibaca, dipahami dan di-iya-kan.
Sumber : Suara Merdeka (tgl
Akses 24/3/2012)
Setiap kita tentunya biasa berdoa
kepada Allah. Kita memohon kepada-Nya agar hajat dan keinginan kita Ia
kabulkan. Ketika kita benar-benar butuh, tidak jarang kita berdoa sambil
mengiba kepada Allah. Namun barangkali tidak jarang kita merasa doa kita tidak
dikabulkan, atau setidak-tidaknya tidak segera dikabulkan.
Ketika
seseorang merasa doanya tidak kunjung dikabulkan, tidak jarang sejak saat itu
ia pun tidak lagi berdoa dan tidak punya harapan bahwa doanya akan dikabulkan
oleh Allah. Padahal sikap seperti ini dilarang oleh Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Doa salah seorang dari kalian akan
dikabulkan selagi ia tidak buru-buru. (Yakni jika) ia berkata, ‘Aku telah
berdoa kepada Tuhanku, tapi doaku tidak dikabulkan’.” (HR Al-Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). Dalam lafazh Muslim disebutkan:
“Ditanyakan, ‘Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan minta agar doa segera
dikabulkan?’ Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ’(Yakni) hamba
itu berkata, ‘Aku berdoa dan berdoa, tapi doaku tidak dikabulkan’.” (HR Muslim)
Kita
semestinya menyadari bahwa ada banyak sebab mengapa sebuah doa tidak segera
dikabulkan oleh Allah. Kita juga hendaknya paham bahwa hikmah besar pasti
selalu ada di balik tidak dikabulkannya doa dalam waktu cepat. Di antara sebab
dan hikmah itu adalah sebagai berikut.
Pertama, bisa jadi penyebab tertundanya pengabulan doa kita adalah
karena kita belum memenuhi syarat-syarat diterimanya doa. Misalnya, kita tidak
menghadirkan hati, tidak khusuk dan tidak merendahkan diri saat berdoa, kita
berdoa bukan pada waktu dimana doa akan mudah dikabulkan, atau kita belum
memenuhi syarat-syarat doa penting lainnya.
Kedua, terkadang doa tidak terkabul dikarenakan sebab tertentu
seperti karena dosa yang kita belum bertaubat darinya, karena dosa di mana kita
tidak bertaubat dengan jujur darinya, karena makanan kita mengandung syubhat,
atau karena ada hak milik orang lain pada diri kita dan kita belum mengembalikannya.
Karena itu, kita hendaknya bertaubat dengan taubatan nashuhah, dengan
melengkapi syarat-syaratnya dan mengembalikan hak orang lain kepada pemiliknya
terlebih dahulu hak orang lain tersebut masih ada pada diri kita. Inilah sebab
terpenting tidak dikabulkannya doa. Disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,“Hai Sa’ad (bin Abu Waqqash), makanlah
makanan yang baik-baik, niscaya engkau menjadi orang yang doanya dikabulkan.”
Juga disebutkan dalam sebuah hadits shahih bahwasanya Rasulullah mengisahkan
seseorang yang rambutnya acak-acakan dan berdebu lalu menengadahkan tangannya
ke langit untuk berdoa, ‘Ya Allah, ya Allah.’ Padahal, makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram dan keluarganya diberi makan dari sumber
yang haram. Bagaimana doanya akan dikabulkan?” (HR Muslim, At-Tirmidzi, dan
Ahmad). Oleh karena itu, kita harus berusaha membersihkan diri dari segala
kotoran dosa yang bisa menjadi menghalangi ‘jalan-jalan’ terkabulnya doa.
Ketiga, bisa jadi Allah tidak mengabulkan doa kita karena Ia
sengaja hendak menyimpan pahala doa kita tersebut untuk Ia berikan kepada kita
di akhirat kelak atau karena Ia hendak menghilangkan keburukan dari kita.
Diriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,“Jika di atas bumi ada seorang muslim
berdoa kepada Allah dengan satu doa, maka Ia akan mengabulkan doa itu atau
menghilangkan keburukan darinya, selagi ia tidak mengerjakan dosa atau memutus
hubungan kekerabatan.” Seseorang berkata, “Bagaimana kalau kita memperbanyak
doa?” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Allah akan lebih banyak
lagi mengabulkan doanya atau menghilangkan keburukan darinya.” (HR At-Tirmidzi,
Ahmad, dan Al-Hakim). Dalam riwayat Al-Hakim ada tambahan: “Atau Allah akan
menyimpan pahala seperti doanya itu untuknya.” (HR Al-Hakim). Bisa jadi, ini
lebih baik bagi kita, sebab dengan disimpannya pahala doa kita di akhirat dan
baru diberikan kepada kita saat itu, maka hal itu akan mengangkat derajat dan
martabat kita di akhirat. Saat itu, kita akan berbahagia dan bahkan berharap
sekiranya seluruh pahala doa kita disimpan dan baru dibagikan di akhirat.
Keempat, penundaan terkabulnya doa merupakan salah satu bentuk ujian
dari Allah kepada seseorang. Allah ingin menguji iman orang itu. Ketika doa
tidak segera dikabulkan, syetan membisikkan pikiran jahat kepada seseorang,
dengan berkata kepadanya, “Apa yang kita minta itu ada pada Allah. Tetapi
mengapa doa kita tidak segera dikabulkan?” Begitu pula, syetan akan menyusupkan
bisikan-bisikan jahat lainnya. Setiap muslim harus melawan bisikan-bisikan
jahat seperti itu dan mengusirnya dari dirinya, dengan segala sarana. Ia harus
sadar bahwa bisa jadi Allah tidak segera mengabulkan doanya karena Allah hendak
menguji imannya. Ketika doa tidak segera dikabulkan, maka iman seseorang teruji
dan terlihatlah perbedaan antara orang beriman sejati dengan orang beriman
gadungan. Sikap seorang mukmin tidak akan berubah terhadap Tuhannya hanya
karena doanya tidak segera dikabulkan dan malah ia semakin rajin beribadah
kepada-Nya.
Kelima, tidak segera dikabulkannya doa semestinya membuat seorang
muslim tahu dan menyadari sebuah hakikat penting. Yaitu bahwa ia adalah hamba
Allah, sementara Allah iadalah pemilik segala-galanya. Pemilik berhak berbuat
apa saja terhadap miliknya, baik memberi ataupun tidak memberi. Jika Allah mau
memberi, maka itu salah satu bentuk keadilan-Nya dan Ia pasti punya alasan yang
kuat untuk itu. Sedangkan jika Ia tidak memberi, itupun salah satu bentuk
keadilan-Nya dan Ia juga pasti punya alasan yang kuat untuk itu. Ada baiknya
kita merenungkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam setelah
Perdamaian Hudaibiyah yang sepintas lalu merugikan Rasulullah dan kaum
muslimin. Ketika itu beliau bersabda,”Aku Rasulullah dan Allah tidak akan
pernah akan menelantarkan aku.” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Keenam, terkadang doa yang tidak segera dikabulkan justru akan
membuat kita semakin dekat kepada Allah, terus bersimpuh di hadapan-Nya, selalu
merendahkan diri dan berlindung diri kepada-Nya. Sebaliknya, tidak jarang jika
permintaan kita dikabulkan, maka kita menjadi lebih sibuk, lalu kita tidak lagi
ingat kepada Allah, tidak meminta dan berdoa kepada-Nya, padahal keduanya
adalah inti ibadah. Inilah realitas sebagian besar kita. Buktinya, jika tidak
ada cobaan maka kita tidak berlindung kepada Allah.
Ketujuh, bisa jadi terkabulnya doa kita justru akan menjadikan kita
berbuat dosa, akan berdampak buruk pada agama kita, atau akan menjadi fitnah
bagi kita. Atau bisa juga apa yang kita minta itu sepintas lalu baik bagi kita
padahal sebenarnya tidak baik bagi kita. Yang demikian ini terutama bagi
seseorang yang mengajukan permintaan tertentu yang sangat spesifik kepada Allah
dan tidak berdoa dengan doa-doa yang telah dituntunkan dalam Al-Qur’an atau
yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Karena itu
hendaknya kita memperhatikan doa-doa yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah.
Kedelapan, setiap doa punya ketentuan dan takaran. Adalah tidak masuk
akal, hari ini seseorang yang amat miskin dan tidak melakukan usaha yang
signifikan berdoa agar ia menjadi milyarder kaya raya pada esok paginya. Doa
memiliki takaran, syarat, sebab, prolog, kerja keras, dan bahkan pengorbanan yang
besar.
Itulah beberapa hal yang
menjadi penyebab sebuah doa tidak terkabul, berikut hikmah yang ada dibaliknya.
Dengan mengetahui penyebab-peyebab dan hikmah-hikmah tersebut, semoga kita
menjadi orang-orang yang tidak pernah bosan berdoa, karena doa adalah inti
ibadah. Wallahu a’lam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar