Laman

Senin, 11 Mei 2009

Sisir Pembawa Konflik...

Siapa sangka hilangnya sisir bisa bikin orang menangis. Cerita ini saya dapat dari seorang teman lama. Begini ceritanya. Suatu pagi disaat sebuah keluarga sedang sibuk mempersiapkan rutinitas paginya, adik bersiap untuk berangkat sekolah, kk juga beres-beres untuk pergi kerja.

Awalnya kegiatan pagi berjalan normal, sampai waktunya untuk berdandan. Karena butuh, sang kk mencari sisir untuk merapihkan rambutnya. Dicari-cari sisir tak kunjung ketemu, si kk bertanyalah kepada adiknya. Adik yang ditanya menjawab dengan jawaban yang tidak diharpakan. Adik tidak mengetahui dimana sisir berada.

Kembali si kk bertanya pada ibu, sang ibu juga menjawab tidak tahu. Waktu semakin menghimpit, si kk harus cepat rapih. Sambil mondar-mandir mencari sisir, si kaka rupanya kesal. Disaat kesal datang sang ibu yang bertanya sudahkan sisir itu ditemukan.

si ibu tidak mendengar jawaban kk. disangka kk tidak menjawab pertanyaannya. akhirnya ibu bertanya dengan nada tinggi “Udah ketemu belum sisirnya!!!!! Ditanya diem aja!!!!!”. Si kk yang sedang kesal terbawa emosinya dengan menjawab dengan nada yang tak kalah kerasnya. sambil berkata! Gak ada!!!! orang tadi aku udah jawab!!!!!

Terjadilah ketegangan dingin yang berlanjut antara si kk dan ibu. Kk pun pergi kerja. Sang ibu kini merasa sedih karena perbuatannya anaknya. Siapa yang salah menurut anda?? Si kk kah karena tidak menjawab ibu. Atau Ibu kah yang tidak mengerti keadaan anaknya yang sedang kesal pada waktu itu??

Sebagai sebuah keluarga, melihat satu anggotanya sedang mengalami kesulitan, ibu yang melihat akan menawarkan pertolongan. Pertanyaan sang ibu kepada kk adalah bentuk kepedulian ibu. Dalam keadaan kesal terkadang kepedulain orang lain justru menambah panas kekesalan seseorang.

Namun yang salah ditafsirkan adalah ketika kondidi si kk yang tidak menjawab. Dimaknai sebagai bentuk ketidak sopanan yang melukai hati ibu. Si kk menganggap, ibu tidak empati padanya, bukan membantu mencari malah memarahinya. Jika tidak ada yang saling mengerti akan mempermudah konflik dingin diantara mereka.

Ibu tetap dengan anggapannya, kk tetap dengan sikapnya. Maka, cobalah untuk saling memberi ruang untuk perbedaan, cara memandang kejadian memang terkadang suka berbeda, namun jika ruang untuk menghargai perbedaan dan mencoba menghadapi kejadian dengan sudut pandang yang baik, tentunya diharapkan semua akan berakhir dengan baik.

1 komentar:

bintangmalam mengatakan...

yeee...orang kakak udah jawab beneran koq..