Laman

Rabu, 03 November 2010

Dua Sisi Alam...

Its all about, its all about a life. Siapa yang bisa menerka bencana apa lagi yang akan terjadi. Sudah disibukkan banjir, ditambah tsunami dan kini letusan gunung merapi. Mau apa lagi setelah ini alam berbicara?’ memberi kengerian di balik keindahannya. Hujan dengan kedamaian bulir tetesan air, memberi banjir, jalan-jalan rusak, orang terjebak dan merenggut nyawa. Pantai dengan riuk ombak, angin nyiur melambai mempersembahkan tsunami yang menggerus tanpa pilih-pilih, rumah, tumbuhan, hewan dan manusia, ditebas habis sampai hilang nyawanya. Gunung hijau menyejukkan, riuh suara burung, udara dingin yang menyegarkan paru-paru, menjadi liar saat meletus, bukan lagi udara sejuk yang diberikan tapi hujan awan panas 600 derajat celcius. Tidak ada yang dapat bertahan, mbah marijan sang guru kunci ikut tewas karenanya.

Saya menyukai hujan, menyukai gunung dan juga suka pantai. Semuanya komponen alam yang memberi ketenangan dan kedamaian yang begitu mendalam. Indah, tenang dan sangat bersahabat. Saya rindu hujan saat panas menyengat kulit, saya rindu pegunungan saat mata lelah melihat deretan gedung. Saya rindu laut saat hati ingin kebebasan dan perenungan. Tetesan hujan, memberi irama cucuran air, menyeruakkan wangi debu, basah, segar. Gunung, dengan alam yang begitu hijau meruntuhkan setiap beban pikiran dan emosi yang dirasa. Sering kali gunung menjadi tempat pelarian dari setiap penat yang menghampiri. Laut, bagi saya adalah tempat terindah untuk mengagumi pesona alam, bumi, matahari, awan biru, pasir, pohon kelapa. Kombinasi warna bukan tiga dimensi. That’s real.

Namun kini, belakangan waktu ini, oktober tepatnya, menjadi waktu alam menunjukkan sisi lainnya. Di jarak yang tidak jauh berselang, aspek-aspek keindahan itu menunjukkan keganasan. Gunung tak lagi memberi ketenangan, hujan tak lagi memberi kedamaian, laut menenggelamkan pantai. Jiwa-jiwa melayang, membawa tangis dan trauma mendalam. Memang bukan kali pertama, dulu bencana-bencana seperti ini juga ada. Saat kesedihan dan ingatan itu mulai ditinggalkan, kembali lagi musibah alam melanda. Walau sedih dan menakutkan, melahirkan banyak air mata dan kepiluan namun Inilah hidup.. musibah juga bagian dari hidup..

Tidak ada komentar: