Laman

Sabtu, 27 Oktober 2012

I'm a teacher right now...


Jam setengah enam pagi saya bangun dan bergegas merapihkan diri. Barang bawaan sudah tertata sejak semalam. Sengaja saya rapihkan dahulu agar besok tidak kemrungsung. 

Materi ajar sudah terkonsep di otak. Baik yang benar-benar terpola, atau sekedar memetakan : besok saya akan begini, kemudian begitu, lepasnya akan melakukan ini. 

Supaya tidak mati gaya di depan anak didik. Itu tujuannya. 

Saya lebay?! Ya memang..! karena masih banyak yang harus saya pelajari. Kalau tidak begitu, saya akan tergagap-gagap. Sudah lebay pun, kadang masih gagap. 

Dunia mengajar adalah dunia yang begitu dekat dengan saya, tetapi sekedar dekat, tidak akrab, apalagi mengenalnya dengan baik. Ibu bekerja di bidang pendidikan. Teman-teman dekat hampir seluruhnya guru di berbagai jenjang pendidikan. Sekarang saya ikut menjadi guru. 

Sesungguhnya ini bukan tujuan awal. 

Strata satu saya adalah Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom), ini cita-cita sejak sekolah. Ingin menjadi wartawan, tapi tidak kesampean. Ya sudah. Tak mengapa. Selama masih ada blog. Saya bisa terus menulis. Meski tidak informatif layaknya berita, saya puas, setidaknya tulisan ini akan membantu mengingatkan saya dan orang-orang terdekat mengenai apa yang telah terjadi dalam hidup. Dimana blog sebagai catatan sejarah pribadi. 

Di sekolah, saya mengajar sudah hampir lima bulan berlalu. Sedikit banyak pola mengajar sudah saya pelajari dari kesalahan-kesalahan tak sengaja “ooh.. ternyata harus begini, ooh.. ternyata mesti begitu karena kalau tidak, inilah jadinya”. 

Di awal pembelajaran, saya sering bertanya kepada guru lain mengenai metode dan apa saja yang harus saya persiapkan terkait administrasi sekolah. Banyak tips dan istilah serta target yang dijelaskan. Namun apa daya, otak saya rupa-rupanya belum terkoneksi dengan baik. Ulangan harian pertama di satu dari empat mata pelajaran yang saya pegang hampir 50 persen anak remedial karena nilainya di bawah standar. Bagai berkendara di kelokan seribu, rasanya mual dan pusing tujuh keliling. Saya mabuk. 

Jika ditanya, apakah materi yang disampaikan sudah mencapai target? Jawabnya sudah. Namun jika ditanya lagi, mengapa bisa dibawah standar? Ini yang saya bingung menjawabnya. Saya mencatat dari enam kelas, hanya saya yang paling banyak remedial. Itu berarti, ada yang harus saya perbaiki. 

Dan saya belajar…

Ujian atau ulangan sama dengan sebuah pertunjukan, dimana persiapan dan latihan dibutuhkan sebelum pementasan. Begitupun belajar, sebelum sampai pada penilian harus banyak latihan sebagai persiapan. Point ini yang terlewat oleh saya. Semua materi sudah saya sampaikan, namun pengecekan akan apakah materi sudah difahami betul oleh anak?- itu yang terlewati. Karena anak berbeda dengan mahasiswa, untuk itu recheck atau latihan sangat diperlukan. Mereka masih harus dibimbing dan tidak bisa dibiarkan belajar sendiri. 

Daya ingat anak begitu kuat jika materi yang disampaikan sedikit namun berkesan. Berkesan bisa dengan gerakan atau cerita. Mereka tidak suka gaya ceramah. 

Ketidak-tertarikan anak bisa dilihat dari sikap mereka, seperti perilaku cuek, mengantuk, bahkan ditinggal ngobrol saat sedang menjelaskan. Ini tandanya Anda tidak menarik. Situasi itu pernah saya alami. Untuk menyiasatinya keaktifan guru sangat dibutuhkan. Mengkobinasikan materi, cerita, gerakan bahkan gambar sangat efektif untuk menangkap perhatian anak yang kabur-kaburan. 

Pointnya adalah bagaimana suasana belajar menjadi hidup. >> PR untuk saya.

Kedua, pembelajaran yang dinamis tidak hanya menarik bagi anak. >> itu yang saya rasakan.

Saya pribadi, lebih suka dengan dosen yang sedikit jenaka dan berbagi wawasan mengenai dinamika realita yang ada di masyarakat, politik atau korporat yang terkait dengan teori. Dengan begitu belajar menjadi lebih nyaman dan berkesan diingatan. Dan untungnya seluruh dosen saya adalah dosen-dosen yang sangat menyenangkan. 

Kembali ke anak murid saya. Betapapun usaha saya untuk menyenangkan seluruh anak-anak, tetap akan ada beberapa anak yang ketertarikannya kurang pada mata pelajaran yang saya ampu. Untuk yang satu ini, saya sadar betul bahwa anak tidak bisa dipaksa untuk mau dan mampu pada seluruh mata pelajaran. Dan tidak adil rasanya jika anak diharuskan untuk menguasai seluruh materi. Biarkan. Anak bebas memilih dan mendalami dimana ia bisa dan senang. Itu yang harus di dukung agar anak betul-betul menjadi professional di bidangnya.

Lebih baik satu tapi ahli, dari pada harus seluruhnya dipelajari tetapi tidak ada yang betul-betul di kuasai. 

Untuk seluruh murid saya, luv u so much

-With love-
Ms. Mala

Tidak ada komentar: