"Hati orang yang telah mencapai hakikat kebenaran adalah penuh dengan ketenangan, terhindar dari segala rasa gelisah. Ia tidak dapat dipengaruhi oleh kesenangan dan kesedihan. Ia menemukan kebahagian itu dalam jiwanya dan bersama pikirannya tenggelam ke dalam hakikat kebenaran karena mengingat akan mencapai kekekalan Allah dan Surga-Nya. Ia adalah orang yang telah dibersihkan jiwanya dari segala ketidaksempurnaan, ia telah dapat menghancurkan segala rasa ragu. Ia dapat mengontrol jiwa dan akan mengalami ketentraman, selamanya"
Tidak singkat bukan, tapi itulah sms yang dikirimkan ke nomer ponsel saya, malam ini sekitar pukul 20:14 WIB, entah dari siapa, nomer bertuan, bernama, berjeniskelamin namun secara personal sungguh tak mengenal. Ajaibnya, Ini bukan sms pertama darinya, tapi yang kelima. Jika ingin berfikir misteri, angker juga kalau disama-samakan dengan film hantu korea yang pernah saya tonton. Sms datang dari nomer tak dikenal, ternyata bertuan hantu yang meninggal bunuh diri tertabrak mobil. Mungkinkah itu saya alami? saya kira tidak, tuan itu memiliki nama, berupa, juga berasal, hanya saja perkenalan ini terkesan tidak resmi, karena belum ada seremonial perkenalan layaknya adat yang dianut bangsa ini. But it’s ok, sebuah pepatah indah dari arab, saya konsumsi saat sms itu datang: “yang terpenting adalah apa yang dikatakan bukan siapa yang mengatakan, terimalah meski bersumber dari seorang budak”.
Bukan, bukan maksud menyamakan ia dengan budak, si tuan pengirim sms itu jauh dari predikat budak, sungguh dia adalah pemuda yang beradab dan merdeka. Makna pribahasa itu saya artikan sebagai sebuah penghormatan atas apa yang dikatakan, tidak guna bagaimana rupanya, yang terpenting adalah kalimatnya selalu memberi arti, sebuah syair indah yang bermakna kehidupan. Meski tidak semasyhur ungkapan majnun, meski tidak sedalam syair cinta Robi’ah kepada sang pencipta, smsnya dapat menghentikan setiap aktifitas saya, mengajak untuk berfikir sejenak, melihat dan menghirup maknanya, mendatangkan sebuah penerimaan.
Dan akhirnya, saya beri balasan atas pesan di atas
"aah, betapa indah semua ungkapan itu, rindu.. sungguh rindu ingin mencapai ketenangan.. bisakah? Jika hati sang hamba ini selalu penuh ambisi duniawi? Cita-cita tinggi untuk orangtua, mulia bukan? Namun kerapkali menjadi pemicu kegelisahan hati.. keringkerontang.. tidak ada nirvana secuil pun.."
Hi, tuan... Sms kisanak menjadi istimewa bukan karena tuannya, tetapi disebabkan rantaian kata indah syarat maknanya, menghipnotis dan menggugah kebahagiaan sekaligus kesedihan saya. Mungkin terkesan berlebihan, dan tuan yang disana, bisa saja berpersepsi betapa saya begitu mudah terkesan, padahal bisa saja pesan itu tuan kirimkan ke semua teman dan kolega tuan. Tapi, tak mengapa, bukankah penerimaan seseorang itu berbeda-beda tergantung pengalaman yang mereka alami? Kebetulan...(?) Syair singkat tuan.. teriringi dengan jiwa yang saya miliki. Melankolis?? Biarlah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar