Minggu pagi, ketika matahari masih belum sempurna memamerkan sinarnya, hujan sudah menyerobot membasahi bumi. Dalam ngantuk, ku paksakan diri untuk membaca buku yang aku pinjam dari perpustakaan, sungguh aku bertarung dengan keinginan untuk memanfaatkan pagi dan ajakan mata untuk berbaring lebih lama diatas kasur. Pergolakan batin yang ku alami hampir tiga pekan belakangan ini. Aku memang terlatih sejak lama menyia-nyiakan pagi dalam tidur panjang, entah mengapa, anak kos selalu dilanda insomnia akut, hasilnya keindahan pagi selalu terlewati dalam lelapnya tidur. Sadar hal ini tidak baik, ku pelajari untuk tidak lagi tidur di pagi hari, namun ini tidak mudah, keterlatihan tidur pagi bertahun-tahun sangat sulit kupangkas hanya dalam sekejap. Rupanya, batin dan rasional ku mampu bersekongkol untuk membentak nafsu malas, ku-ciptkaan misi itu.
Ku mulai misi dengan menyiapkan segala kegiatan yang dapat membuat kerja di pagi hari. Malamnya sebelum ngantuk membuatku tidaksadarkan diri, sudah kufikirkan apa yang harus dikerjakan esok pagi. Ku fikir-fikir, ku cari-cari, walhasil kini aku bertambah rajin, membereskan kamar, menata lemari, merapihkan rak buku, mengelap kaca, mencuci baju, piring, menonton berita pagi, sesekali menyeruput teh. Sayangnya, agenda itu tida terus ada disetiap pagi, semua baju, lemari dan rak buku sudah rapih ditata, esok pagi tidak ada lagi yang bisa aku kerjakan, khawatir pagi ku hilang dalam tidur lagi, otak malaikat ku mengingatkan agar aku meminjam buku untuk dibaca kala mentari masih malu-malu.
Beberapa buku kini sudah siap di samping tempat tidur. Lega rasanya setidaknya pagi ini ada sedikit aktifitas yang berguna, tidak tidur! Kembali ku buka halaman yang tertunda semalam. Satu buku sudah tamat ku baca. Berlanjut ke buku kedua. Tetapi apa daya, masih ingin hati membacanya, perutku tak bisa diajak berkompromi. Ku nyalahkan kompor itu, memasak air, merebus teh tubruk melati. Aroma melati masuk kedalam hidungku, memberi sebuah perasaan, entah perasaan apa itu, antara bahagia namun haru. Bahagia karena dapat menikmati pagi, tapi sendu akibat sisa emosi yang masih ku bawa akibat membaca buku.
Buku itu berjudul “Rindu Ibu adalah Rindu ku”, sebuah kisah yang terinspirasi dari kisah nyata karangan Motinggo Busyen, dan kini buku berjudul “Ada Seseorang di Kepalaku” karangan Akmal Nasery Basral masih setengah jalan ku baca. Keduanya memang buku ringan yang sengaja ku pilih. Tepatnya ku pinjam dari perpustakaan kampus. Lama ku telusuri rak buku favorit itu, memilah dan memilih mana lagi buku yang bisa ku baca. Karena susah mencarinya, aku harus membedakan mana novel yang berlandaskan hidup nyata dan mana yang sepenuhnya dibumbui cerita khayal, aku tak suka khayalan!! terlalu munafik! memberikan keindahan semu!
Sambil menunggu rebusan air ku masak, kembali ku hadapkan mata ini ke depan layar kecil. Beberapa tuts saling beradu dengan jemariku, mengeluarkan suara ketikan yang berirama khas, aku suka!
Ku ingat bahwa bulan ini belum ada tulisan yang bisa ku upload kedalam blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar