Laman

Kamis, 24 Juni 2010

That's Competition

Saya percaya dibalik kerjakeras akan ada hasil. Cuma terkadang sering lupa bahwa ada proses disetiap cerita, ada jalan sebelum mencapai tujuan. Rasa kecewa, dipicu oleh harapan yang terlalu tinggi, sehingga saat apa yang berjalan tidak sesuai keinginan, dengan mudah memancing kekesalan dan kemarahan. Berjalan sendiri tidak serumit saat harus berdampingan dengan orang lain. Seorangan, tentu hanya membawa diri dan fikiran sendiri, keputusan dibuat sesuai pertimbangan dan pengetahuan sendiri. Keinginan dan tujuan saya tentu berbeda dengan teman-teman. Itu sebabnya mengapa menghadapi tantangan yang sama, bisa berbeda menyikapinya. Semua tergantung tekanan yang dibuat dan setinggi apa harapan yang diinginkan. Sedih sudah pasti, saat harus menerima kenyataan bahwa saya dan teman-teman mesti kalah secara normative karena trouble pihak lain.

Hal kalah disadari setiap kita sebagai suatu proses wajar, bukan tidak adil atau tidak sayang. Semuanya meninginkan menang, yang menjadi sulit ketika kemenangan bukan lagi diharapkan oleh peserta, tapi pihak lain yang terlibat melatih kemampuan kami. Bukan beban, hanya sebagai suatu rasa yang tidak bisa dipisahkan dari tanggungjawab, memberikan yang terbaik adalah tugas kami, mempersembahan capaian yang baik juga menjadi tujuan kami. Tetapi ketika semua keinginan itu belum tercapai, apa bisa waktu diputar? Mengulang untuk merubahnya sesuai harapan? Agar rasa bersalah ini terkurangi? Sayangnya tidak, maka yang tercipta adalah perasaan yang begitu tidak enak, bersedih dan terasa berat memnpertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberi. Hatur sembah maaf, tidak henti ingin terus diucapkan ketika belum bisa membanggakan dengan sebuah kemenangan.

Saya pun merasa garang, itu terasa kelam, saat penilaian bukan lagi berharap pada kemampuan. Nama besar dan darimana kami berasal rupanya masih menjadi point besar untuk menilai. Terlalu berlebihan mungkin penilaian saya, tetapi inilah suara hati yang ingin saya teriakkan. Lagi-lagi karena penampilan! tidak ada aturan untuk kami bertanding hanya dari asal muasal. Apa yang diinginkan para judgment? apa yang menjadi harapan pengambil keputusan! Jika bukan lagi kedalaman study menjadi acuan, lantas apa??. Sudah pasti kami kalah, karena kerja keras dan pendalama materi menjadi siasia. Ditambah yang memberi apresiasi harus rela kami tanggalkan.

Aahh.. sudahlah, meski ini berakhir dengan kekalahan, bukankah yang maha kuasa mengatur kejadian sesuai dengan kemampuan umatnya. Usaha dan kerja keras sudah dilkaukan, hasil semunya diserahkan pada pemilik bumi dan pencipta semua ilmu pengetahuan.

Tidak ada komentar: