Bolehkah saya memaki
Saat semua terasa tidak adil
Bolehkah saya tersedu ketika kejadian terus memojokkan kesabaran
Bisakah membanting pecah untuk memberi kenyamanan
Ingin mencabik dan meninju remuk semua ini
Keadaan yang sangat mengganggu
Maraah!! Amarah!!
Saya sendiri
Menumpuk perkara gelisah dan penilain orang
Damai? Tentu tidak
Terlihat, semua terlihat saat memejam mata dan menoleh kedalam hati
Disana, ada berjuta sesak kemarahan yang ingin berteriak
Mengapa?! Apa?! Sial?! Mengapa?! Mana?! Mengapa?! Mengapa?! Mengapa?! Bisakah?! Selalu!! Mengapa?! Mana?! Mana?! Mana?! Kapan?! Mengapa?! Tidak bisakah?! Mengapa?!
Tiba-tiba, saat marah
Saya tersadar, keadaan adalah apa yang hati katakan
Sedih membawa kesedihan
Bahagia dan optimis membawa keringanan
Ada satu pengetahuan
Tentang pengelolaan hati membawa suasana diingingkan
Cahaya mulai masuk, dicelah kelam awan hati
Membuka pandangan dawai
Membawa wangi diribuan keresahan yang menjulang
seperti pohon di hutan perawan
Adanya dihati sebagai jagat dengan perasaan sebagai isinya
Karena saya manusia
Ada pertimbangan
Ada pikiran, menghadirkan Bahagia, bangga, bersyukur, sedih, kecewa, marah dan duka
Autistik jika tidak berpikir dengan logika
Hidup memang seperti itu
Mau menangis dan merengak?
Meminta dan berharap
Bahagia saja yang datang
Mana indah hidup ini
Lupa y... ada penjaga keseimbangan
Sedih berarti diingatkan
Bahagia juga diingatkan
Jadi...
Coretan ini tak ingin usai
Sampai jari tak lagi mampu mengangkat
Mala Fajriyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar