Sekian lama, semenjak memasuki semester lima, saya jarang makan di kantin kampus. Selain keadaan yang ramai, berasa lebih mahal di banding makan di luar. Anak kost dengan uang saku yang tidak berlebihan, membuat saya lebih memilih makan diluar, meski selisih seribu dua ribu.
Kalau dulu, selesai kuliah, rame-rame sepakat semuanya sarapan di kantin. Gerombolan pertama disusul gerombolan kedua, datang serempak memenuhi kantin. Kalau sudah begitu, petugas kantin mulai sibuk mencatat, mondar-mandir memenuhi pesanan. Kantin yang sepi dan tenang, berubah riuh dengan suara obrolan dimana-mana, dentingan sendok beradu piring, kepulan asap dari sekumpulan cowo-cowo sambil merokok.
Bersama perjalanan waktu, moment seperti itu sudah lewat masanya, heboh-heboh di kantin rame-rame, makan lima menit ngobrolnya bisa sampe setengah jam. Kebiasaan itu mulai memudar. Bukan hanya berlaku untuk saya, beberapa teman juga seirama dengan saya menjadikan kantin bukan lagi tujuan singgah utama.
Jika dulu sering bergerombol, pergi kesana-kesini rame-rame, janjian jalan, nonton, karaoke sekarang saya kurang berminat untuk lakukan itu. Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan satu atau dua orang teman saja. Ngobrol ringan sambil berbagi cerita. Membincangkan masa depan dengan harapan-harapan yang ingin dicapai. Mendiskusikan kejadian yang kami alami untuk menemukan hikmahnya.
Pindahnya kebiasaan ternyata bukan tanpa tantangan. Perubahan menimbulkan tanggapan yang berbeda. Rupanya, perubahan saya ini, menuai beberapa omongan. Ada laporan teman yang baik kepada saya, melaporkan bahwa saya dinilai berubah dan jauh oleh gerombolan.
Jika itu yang meraka utarakan, saya jawab iya, saya berubah tidak lagi tergabung dalam gerombolan. Saya jauh, tidak lagi ikut serta dalam setiap perjalanan mereka. Namun saya tidak menyesali keputusan ini, menghabiskan beberapa bulan bersama gerombolan memberi saya penilian bahwa hubungan pertemanan seperti ini tidak baik untuk berjalan lama.
Kegiatan yang muncul hanya main, menghabiskan waktu dan uang untuk tertawa-tawa, meskipun ada membahas perencanaan, hanya ada perencanaan jalan kemana setelah ini, rekreasi kemana habis ini. Lama-lama batin saya dan logika tidak bisa lagi menerima keadaan ini. Apa yang ingin saya cari dari kegiatan seperti itu.
Gerombolan mungkin bisa mengahabiskan waktu hanya untuk urusan itu, karena mereka memiliki uang untuk membangun masa depan mereka. Pemikiran dan capaian yang ingin di capai gerombolan tidak muluk-muluk. Hanya ingin menjadi ibu rumah tangga. That is not my expectations.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar