Laman

Kamis, 05 April 2012

Celengan Baru..!

“Hemat Pangkal Kaya”, begitu pepatah bijak yang sering digaungkan oleh orang tua. Kemudian muncul tandingannya, adagium: “boros itu membantu pertumbuhan ekonomi”, kalau tidak ada yang belanja bagaimana nasib pedagang? gimana nasib pabrik? (begitu kata blog dahlan iskan) :)

Mario teguh menasehati: gerakan menghemat kalau bisa jangan terlalu lama,  karena penghematan menunjukkan pendapatan yang pas-pasan. Tanda-tandanya: pengeluaran harus ditimbang-timbang, dahulukan kebutuhan pokok, lengkapi kebutuhan yang urgent, kalau masih ada sisah baru boleh untuk yang lain, atau malah tidak usah membeli sekalian, sisanya  ditabung saja. 

Boleh saja kita berdoa siang malam supaya Tuhan jangan memberi cobaan kita untuk berhemat. Terlepas dari itu, bukan berarti pengaturan keuangan diabaikan. Saya katakana ini karena saya sedang dalam keadaan sadar dan tercerahkan akan pentingnya menabung. 

Saya menabung dengan gaya konvensional, menggunakan celengan.  

Setiap hari saya berkeimanan harus menabung sekian rupiah sesuai standar yang saya tetapkan sendiri. Saya sadar menabung itu penting  sebagai pegangan.

Saya memililki beberapa planning jangka panjang, yang kesemuanya berkaitan dengan rupiah, untuk itu menabung sangatlah bermanfaat. 

Celengan pertama saya sangat konvensional sesuai gaya menabung saya yang konvensional, yaitu celengan dengan bentuk seperti dibawah ini:  - warnanya merah.


Akibat teori ‘sedikit demi sedikit  lama-lama menjadi bukit’ saya harus memikirkan celengan kedua. 

Saya putuskan untuk segera menambah armada celengan. Akhirnya saya titip dibelikan dengan sodara saya. 

Ekspektasi saya saat itu adalah celengan kedua saya akan serupa dengan yang pertama. Dan ternyata ia berbeda. Sungguh-sungguh beda, baik rupa dan opsi yang ditawarkan. Jika yang pertama memaksa saya untuk bersabar, karena jumlah uang yang saya masukkan tidak akan bisa saya lihat kecuali saya sobek celengannya. Untuk Yang kedua ini penampilannya cukup eksklusif, bahannya juga beda, bukan dari plastik biasa tetapi plastik kaca. Tidak mungkin saya sobek-sobek. 

 Terlalu imut..!



Karena tidak memungkinkan untuk disobek. Si celengan sadar diri, ia menyiapkan saluran ‘pembuangan’ transparan  yang bisa dibuka - tutup di bagian bawah, seperti ini :


Maksud saya: celengan kedua kurang mendukung gerakan menghemat saya. Bayangkan, bagai punuk merindu bulan, orang yang menabung dengan celengan biasanya berdebar-debar hatinya, berharap-harap waktu berjalan cepat, sehingga hari dimana uang tidak bisa dimasukkan lagi, itu datang. Karena artinya celengan sudah siap dipetik/disobek untuk dihitung jumlahnya.

Nah... kalo model celengannya seperti inii.. apa iya iman saya kuat untuk tidak membuka saluran pembungan yang transparan  itu??



Tidak ada komentar: