Laman

Jumat, 23 Januari 2009

Sosoknya Baru Saya Kenal Hari Ini...

Sosoknya baru saya kenal hari ini, umur sekitar 30an tahun, dengan gaya sederhana berkaos oblong, celana jeans dan tidak nampak sebagai seorang penulis yang sudah melanglang buana ke berbagai tempat di dalam maupun diluar negeri. Minggu pagi, di ruang AR. Fakhrudin lantai 5. Diklat jurnalistik dimulai sekitar pukul sembilan. Awalnya, ketika ada tawaran mengikuti diklat ini, saya pribadi kurang begitu berminat. Karena saya fikir ini hanya semacam kumpul dan diskusi ringan dengan mba dan mas dari Nuansa Kabar. Majalah kampus yang saya ikuti.

Gambaran saya sekedar itu, jadi langkah yang terkayuh di minggu pagi tidak begitu bergairah dan penuh enerjik. Kiranya saya, acara ini tidak mengundang pembicara. Peserta yang hadir y.. sekedar kami anggota buletin Nuansa Kabar. Dugaan saya salah ternyata. Sosoknya datang didampingi mas-mas mengenakan almamater kampus. Siapa ya?? saya tidak kenal. Begitu sederhana. Rambut botak depan dan berkumis tebal.

Sebelum moderator membuka acara. sambil pembicara mengisi biodata. Beberapa orang yang sudah senior di buletin Nuansa Kabar membagikan majalah dengan halaman yang sudah terbuka. Halaman dimana terdapat tulisan sang pembicara pada diklat jurnalistik ini. Ooohh... namanya bpk Joni Ariadinata. Redaktur majalah Horison.

Sosoknya masih saya ragukan akan menyampaikan materi dengan penyampaian yang menarik. Di gambaran pemikiran saya, entah kenapa, apa mungkin saya terlalu parno dengan kegiatan perkuliahan yang datang, duduk, terpaksa mendengarkan dosen menyampaikan materi, semuanya adalah penting, orientasinya pada ujian akhir semester. Sangat melelahkan. Jadi, ketika ada seminar dan sebagainya, bayangan saya seperti duduk di bangku kuliah dengan dosen mengajar membosankan. Pembicaraannya semua tentang teori. Bosen kan dengernya.

Apa yang saya gambarkan runtuh berkeping-keping. Bpk Joni Ariadinata ternyata sosok yang menarik. Beliau paham betul bahwa teori-teori tentang menulis sangat mudah untuk dipelajari. Ada puluhan buku yang membahas tentang cara mudah untuk menulis. Artinya, jika kit hanya ingin mengetahui cara menulis yang baik, bisa dengan mudah membaca buku. Prakteknya tidak sesimple itu, mengetahui teori tidak lantas menjamin seseorang akan menjadi penulis berkualitas. Good educations doest not ensure we will be come competent in writing. Sama seperti ketika kita belajar berenang, teorinya sudah kita hafal betul, tapi ketika langsung berada di air, jika belum latihan, maka teori yang sudah kita hafal tidak akan berfungsi. Menulispun begitu, perlu banyak latihan. Karena itu adalah proses.

Kata pak Joni, menulis tidak memerlukan bakat. Asalkan ada keinginan dan terus mencoba, berlatih. Tinggal masalah waktu. Satu kunci yang harus dipegang, yaitu istiqomah. Awalnya memang susah untuk dapat menulis dengan lancar. tapi jika kita istiqomah. Ada saatnya menulis menjadi mudah, dan membuat orang kecanduan.

Spektakuler, satu kata yang saya usung ketika acara usai. Semua materi yang disampaikan pak Joni membuka fikiran saya. Applause saya berikan dengan penuh penghormatan kepada pak Joni. Semangat saya serasa recharging. Semoga suatu saat saya bisa bertemu bpk lagi. bertemu di acara dan kesempatan lain.

Jumat, 16 Januari 2009

My heart burden be...

Teman, Keluarga, Pelajaran dan keinginan. Semuanya menjadi focus pikiran saya saat ini. Belakangan, selama ujian UAS semester 3, suasana bising selalu saya hindari. Galau, itu mungkin yang saya rasakan semuanya terasa berat saat itu. Keadaan teman yang tidak mengenakkan, mata kuliah yang bikin emosi, tugas seabrek, belum lagi kendala laptop yang error tiba-tiba. Takut menghadapi hari esok dengan pekerjaan yang belum pasti. Perasaan bersalah dan tidak berguna, serasa hantu yang terus mengikuti pikiran saya kemana pun saya pergi.

Dua hari yang lalu, teman lama saya menyapa malalui sms, sekedar menanyakan kabar, berbincang ringan dan menyenangkan. Cerita pun mengalir dari kami, balas balasan sms menanykan hal ini itu. Sampai pada saat saya merasa butuh untuk menceritakan apa yang menjadi beban saya saat ini. loe tuh bukan bego, kata dia. kalo sekarang loe belum berhasil, emang belum saatnya loe mendapat apa yang loe pengenin. y memang, tapi saya capek dengan semua ini. Capek dengan menunggu. Walau protes dalam hati, saya tetap mencerna maksud kata-kata teman saya. Dia betul, ini semua bukan karena saya bego, bukan karena saya tidak mampu. mungkin saja usaha saya yang kurang maksimal. Masih banyak yang harus saya pelajari dari kekurangan - kekurangan saya.

Meski sekarang saya belum puas dengan apa yang saya dapat. Gak selamanya kegagalan itu menyakitkan. Saatnya nanti ketika keberhasilan yang saya inginkan tercapai, saya akan tersadar bahwa semuanya muncul dari kesalahan. Kesalahan yang menyentil saya dari keteledoran dan mengembalikan saya kejalan yang lurus, jalan semangat.

Biarlah hidup ini mengalir dengan pasti, program hidup yang sudah direncanakan tak apa berbelok asal tetap terarah dan terkendali. Saat ini adalah waktu saya belajar dari semua kesalahan yangpernah saya perbuat. Terus semangat dan focus pada satu pencapaiian yang saya inginkan. Mala, semuanya akan menjadi indah pada waktunya. Lah... kaya lirik lagu.