Laman

Sabtu, 23 Juni 2012

Selamat Ulang Tahun Jakarta ku Sayang, Jakarta ku Malang


22 Juni 2012 Jakarta ulang tahun, banyak yang memberi komentar : jakarta ituu... banjir, macet, pengap, geraah... – yang baik-baik tentang Jakarta jarang. Paling-paling komentar netral seperti : Jakarta adalah kota tempat mengadu nasib, ibu kota Negara kita, kota impian, kota metropolitan dan lain-lain.

Malang betul Jakarta, di hari ulang tahun masih di cecar segudang permasalahan..

********
Salah siapa, Jakarta macet, pengap dan semraut..? ya manusianya doong...! sehebat apapun program pemerintah, kalo belum ada kesadaran manusianya ya sama aja...!! ditegor jangan buang sampah sembarangan malah galakan yang ditegor, ditegor jangan merokok di tempat umum, malah lebih jutek yang ditegor... udah ditulis gede-gede ALAS KAKI HARAP DILEPAS... masih aja nyelonong masuk pake sendal/sepatu... jiaah daah... pengen jitak aja rasanya...  

Rasa empati dan peduli terhadap lingkungan nampaknya sudah semakin jarang. Yang dewasa bukan memberi contoh, malah membiarkan. Misal, siang itu hari sabtu, saya menuju stasiun gondang dia naik commuter line. Suasana commuter line hari kerja dengan week end, berbeda. Di gerbong khusus wanita, banyak ibu-ibu muda dan anak-anak ABG, tebak saya mereka ingin ke kota tua naik kereta. Wisata merakyat.

Bagus niatnya, cuma dalam pelaksanannya kurang esensinya. 

Suasana dalam kereta tidak padat, jumlah penumpang juga tidak sebanyak hari kerja. Namun, gerbong terasa sempit, sebabnya rombongan ibu-ibu muda dan ABG itu duduk di lantai layaknya tamasya. Jumlah mereka banyak, dan ini memakan tempat. Saya, dan beberapa wanita lain yang berdiri tentu merasa tidak leluasa. Operator sudah mengingatkan berulangkali melalui pengeras suara, agar penumpang jangan duduk di lantai karena menganggu. Dan apa yang mereka lakukan..?? CUEK BEBEK….  

Ada lagi yang lucunya bukan main, saat ada penumpang yang duduk dan bersiap turun. Layaknya kecepatan cahaya, anak ABG itu menyerobot duduk, padahal ada orang yang lebih tua berdiri persis di depan penumpang yang ingin turun. dan tindakan anak itu di ‘suraki’ orang tuanya. Artinya ada fakta bahwa orang tua men-support anak untuk begitu. Sambil bertatap-tatapan dengan sang ibu, mereka tertawa bersama-sama. iiih wow’ apa-apaan ini..?!! budaya antri dan hormat kepada yang lebih tua dikemanakan, ibuuu..???!!! 

Lain di kereta, lain lagi di gerbang-gerbang tol. 

Hari sabtu dan minggu gerbang tol Cakung-Bekasi dihiasi antrian kendaraan mobil pribadi. Saya dan  keluarga, secara rutin, sebulan sekali menggunakan jasa TOL ini. Bekasi-Serpong, tujuan kami. Beragam mobil, dari yang mahal sampai yang tidak dikeluarkan pabrik lagi, berjejer disini. Apa yang menarik? Kendaraan apapun yang anda gunakan, mobil mewahkah? Mobil solarkah? Angkot kah? Tidak jaminan anda mencintai kebersihan. Sampah kertas pembayaran TOL berserakan dimana-mana. Kotor.  

Rupanya ada banyak pemilik mobil yang membuang seenaknya kertas bukti pembayaran TOL di pintu-pintu TOL. Ini undisipliner yang luar biasa. Kalau segitu malasnya anda membuang, atau begitu luar biasanya kesibukan anda, bairkan saja di dasbor mobil, nanti petugas cuci mobil yang membersihkan. 

Kalau sudah begitu..

Banjir.. kotor.. sumpek.. >> ulah siapa…???? Jakarta kah?? Yang statusnya hanya benda mati? marilah menjadi komentator yang bertanggungjawab. Jangan sekedar berkata Jakarta itu macet, banjir, tapi tidak menjaga kebesihan tempat umum, tidak bertoleransi di jalan. Saya, selalu berusaha membuang sampah pada tempatnya, meski itu bungkus permen apalagi kertas pembayaran TOL tidak pernah saya buang keluar. Saya selalu berusaha tertib berkendara, meski cuaca begitu terik. Saya berusaha menjaga sopan santun kepada pengguna tempat umum yang lebih tua. 

Untuk adik-adik seperti kisah saya di atas, please deeh deek.. empatinya di pekak-kan lagi..!!

Saat kita mengucapkan selamat ulang tahun Jakarta, itu berarti selamat ulang tahun untuk seluruh warga Jakarta. Karena Jakarta punya kita semua..!!


Kamis, 21 Juni 2012

Calistung oh Calistung...


“Masih balita sudah diajarin kompetensi” - komentar seseorang mengenai artikel yang membahasa tentang uji calistung untuk tes masuk SD, tak benar dan tak wajar!

Masalah ini memang menjadi dilema tersendiri. Satu sisi konsep belajar anak usia dini adalah bermain sambil belajar. Di sisi lain, kebutuhan akan kemampuan membaca dan berhitung sangat dibutuhkan. Untuk masuk ke sekolah dasar ada tahap uji calistung. Inilah yang memunculkan kekhawatiran para wali murid TK (yang ibu saya kelolah)  agar anak mampu membaca dan berhitung saat di TK. Bagaimana ibu saya memandang ini : yang kurang dipahami adalah bahwa sekolah adalah tempat ajar mengajar bukan jaminan kemampuan anak. Sekolah dimulai pukul 08:30 pagi sampai pukul 10:00, itu artinya hanya ada dua jam waktu belajar dengan guru. Selebihnya 22 jam yang lain dilalui anak bersama orang tua. Ibu saya ingin mengatakan bahwa harus ada kerjasama antara sekolah dengan orang tua. Menumpuk perkembangan anak hanya kepada sekolah, tentu kurang tepat.


Lantas bagaimana solusi ibu saya menghadapi tuntutan wajib calistung dari wali murid: Kurikulum sekolah tetap dibiarkan seperti itu, anak bermain sambil belajar. Tidak tega rasanya merampas masa bermain anak dengan mencekoki baca tulis. Otak anak ada dua, kanan dan kiri, keduanya harus dirangsang secara balance. Untuk itu dibiakan saja kurikulum berjalan sebagaimana layaknya. Untuk yang memaksa, diberikan opsi kursus calistung tersendiri. Dan ini ternyata ditanggapi beragam. Ada yang antusias, ada yang merasa sudah mampu membimbing anaknya baca tulis secara mandiri, ada juga yang melihat ini sebagai solusi komersial: itu kan sudah kewajiban sekolah, mengapa dibuat kursus, yang berarti harus bayar private di luar spp. Untuk yang terakhir sungguh keterlaluan, sekolah tidak mengambil sedikit pun biaya private itu. Dari wali murid, untuk guru dan untuk murid, rasanya simbiosismutualisme yang pas, bukan?. Guru mengajar private kemudian diberi apresiasi, dan murid mendapat kemampuan. 

Point terakhir ini tidak perlu difikirkan solusinya, yang bersuara keras begitu biasanya yang tidak tahu, tidak paham. Nanti saat ia paham, baru ia memaklumi. 

*****
Note: sebenarnya sejak lama saya mendengar kegelisahan ibu saya ini, mengenai calistung bagi anak TK. Tapi baru periode tahun ajaran 2012, menjelang tahun ajaran baru ini, dimana lulusan TK, terutama kelas B sudah harus siap-siap untuk masuk Sekolah Dasar. Saya merasakan betul-betul bagaimana ibu saya berfikir keras mencari penyelesaian antara keinginan orang tua dan kebutuhan pertumbuhan anak. 

Calistung oh calistung.. kadang ini menjadi ukuran bagus tidaknya sebuah TK.  

Minggu, 03 Juni 2012

Saya dipanggil....


Sebelum mulai membaca cerita singkat saya ini, izinkan saya untuk memperkenalkan diri.
Nama, Mala Fajriyah dan saya perempuan tulen.. :)

*******
Syyalala lalala, saya bersenandung diatas motor yang saya kendarai. Saya lirik gantungan di motor, penuh dengan tentengan belanjaan, di belakang teman saya duduk dibonceng  juga memegang belanjaan. Intinya saya senang, karena hari ini berhasiill shopping.

Tiba-tiba ada hal mengejutkan di persimpangan jalan itu. Begini ceritanya:

Memang betul, pertigaan jalan itu selalu ramai, terutama di hari kerja. Kendaraan selalu antri. Yang ingin lurus, ingin belok, semua harus antrii. Alhasil semplakan jalan itu mengundang orang-orang tertentu untuk secara sukarela mengatur dengan pamrih. Sebut saja juru parkir.

Singkat cerita.

Sang juru parkir melihat saya datang dari arah depan. Saya lirik sepion, apakah ada motor lain di belakang, karena  kalau hanya saya doang, sendirian, biasanya juru parkir malas mengawal. Ternyata, memang tidak ada motor lain, saya sendiri!. Pasrah, bakalan dicuekin JurPar. 

Dugaan memang belum tentu benar. Spekulasi saya salah. Melihat saya semakin dekat, sang JurPar dengan sigap mengangkat tangan, memberhentikan laju kendaraan didepan dan mempersilahkan saya lewat.  Aduuh haaii…. Bertambah senang hati ini, serasa hidup begitu lancar. 

Sampai, TIBA-TIBA… kata-kata itu keluar dari mulut juru parki dan saya dengar.. dia bilaangg… ooh… tidak tega saya mengetiknya… dia bilaangg… YO’ JALAN BAAAANG..!! gubrak gedebuk gubraak… saya dipanggil ABANGGGG….!!!!  Tak pelak saya nggrundel, tapi yang digrundeli tidak dengar. Dan orang yang paling terhibur dengan kejadian itu adalah TEMAN YANG SAYA BONCENG… puas betul ia tersenyum.