Laman

Senin, 27 Juli 2009

We will never forget u mbah..

In the world nothing forever, lahir, tumbuh, dewasa, tua, mati. Tidak ada yang bisa merubah ketentuan tuhan yang satu ini. Hanya, sering kali saya lalai menyadari keberadaan fase yang terakhir. Saya terlalu sibuk mengurus semua program hidup yang sudah saya tata. Sibuk menjalankan aktifitas. Sibuk memikirkan apa yang harus saya lakukan untuk mendapat apa yang saya inginkan. pendidikan, relasi, pekerjaan, dan karir yang saya ingin capai.

Baru kemarin, Jam tiga dini hari, saya disadarkan bahwa siklus dalam hidup sangat dekat dengan kematian. Abah saya, tumben kemas- kemas baju, jam tiga pagi mau kemana, saya tahu ada sesuatu yang tidak beres, tapi apa? Mata yang biasanya masih sayu-sayu., dadakan jadi seger gak bisa dipejamkan lagi. “siapa yang mau anter aba ke bandara, ipat atau kk?” saya semakin tidak mengerti. Mau kemana sih abah.

Berita buruk datang dari kampung, mbah di kampung meninggal. Keadaan yang sangat tidak saya duga, bahkan tidak terbayang sedikit pun. Kini saya harus mengalami kondisi ini. Konsidi yang belum pernah saya alami, ditinggal orang yang kami cinta.

Dulu, saya sering berbangga, semua keluarga besar saya masih utuh.. Bukan untuk pamer, hanya sebagai bentuk syukur keluarga besar saya masih lengkap. Dua nenek dan dua kakek. Meski pada saatnya saya sadar waktu itu pasti datang.

Dan sekarang, syukur yang dulu saya toakan, mulai mengecil gaungnya seiring waktu yang pasti datang. Satu kakek harus pergi meninggalkan kami: cucu, anak dan menantunya. Padahal lebaran besok, waktunya kami sekeluarga pulang kampung, kesempatan yang datang hanya dua tahun sekali.

Mbah dan keluarga abah, kebanyakan tinggal di gresik. Sedang keluarga ibu termasuk kami tinggal di bekasi. Sudah menjadi kesepakatan keluarga, menjadwal waktu pulang kampung dua tahun sekali. Lebaran kemarin di bekasi dan lebaran esok giliran pulang ke Gresik.

Lebaran besok akan menjadi lebaran kami yang pertama tanpa mbah kakung. Untuk selamanya mbah pergi meninggalkan kami. We miss u mbah.. we will never forget u…

Selasa, 21 Juli 2009

Siklus Rindu Benci...

Makin lama di rumah, makin gak sayang sama adik sendiri. Bosen. Tingkah ngegemesin jadi nyebelin, laga gak mau ngalahnya bikin emosi. uGhhh… ogahin banget deeh.

Bukan itu doang, kelamaan dirumah juga bikin diri jadi sasaran ortu marah-marah. Baru pulang dimanja banget, mau ini mau itu tinggal bilang, males ini males itu dibiarin aja, lama-lama ortu capek juga kali y.. mulai deh wejangan-wejangan nyebelinnya, suruh ini suruh itu, jangan begini jangan begitu. Tambah ribet urusannya.

Anehnya, kalau saya mau pergi bareng temen, melulu gak dibolehin, jadi berasa di butuhin. Kayanya gak mau banget ditinggal saya.. huakakaka… ke GR’an aja.. tapi bener, kalau saya mau pergi ada aja yang disuruh. Padahal entar-entar juga bisa. Padahal dikerjakan sendiri juga bisa. That is not something important. Tapi, dadakan aja harus diselesai saat itu juga, dan harus saya pula?? aneeh.. mengulur waktu saja.

Kenapa jadi begitu y, lama gak jumpa kangennya setengah mati, udah ketemu, lama-lama jengkel juga. Jadi kaya orang yang gak bersyukur gitu.. gk dikasih merengek-rengek, dikasih malah gak mensyukuri.

Kalau difikir-fikir jadi lucu, udah tahu libur panjang bakalan jadi kaya begini. Tetep aja dikangenin. Udah tahu adik nyebelin dan ortu suka gak ngertiin, tetep aja jadi orang nomer satu di hati. Gk masuk akal kan?? Di rindu kemudian di benci, rindu lagi, benci lagi, rindu, benci, rindu, benci. gk usai-usai. Maunya apa sih..?? tell me??

Saat lagi marahan sama adik, wah keselnya pool.. tapi kalo udahan marahnya, malah cari keusilan biar marah. Nanti kalau udah marah, dongkol dihati ekstrim banget, cemberut, diem-dieman, pelit-pelitan, semuan tindakan “criminal” dilakuin. Selepas itu kangen lagi. Nanti kalau dah ketemu, berantem lagi, kesel lagi. Anehnya.. meski sangat mengesalkan kalau diingat-ingat malah bikin cekikikan sendiri

Siklus rindu benci, rindu lagi benci lagi terus berputar seiring waktu kehidupan. Makanya, gak pernah bisa hilang.. apa lagi sama keluarga. Saat menjengkelkan akan bertransformasi di kemudian hari menjadi keadaan yang membuat semuanya tersenyum ketika mengingatnya. Indah bukan??

Sabtu, 11 Juli 2009

Cruel Thing..

Begini adanya, kalau kerjaan gak ada, waktu terbuang sia-sia, yang tumbuh malah perasaan gak enak. Semua berjalan seperti biasa, hari libur gak ada kegiatan, gak ada kerjaan. Full time just stays at home, boring, it is not good I thing.

Akibatnya, gak ada kesibukan, gak ada yang difikirkan. Ngebuat hayal menjadi kawan. Melanglangkan fikiran menuju angan yang sebenarnya tak baik untuk diharapkan. Ngarep ini, ngarep itu, berharap dapet ini, dapet itu, andaikan hidup seperti ini, seperti itu, andai.. hidup saya seperti si dia, andai saya peri, andai saya dewi.. angan-angan yang membuat saya berasa menjadi personal yang tidak beruntung.

But, I know its ridiculous that is cruel thing for me. Kesalahannya adalah, saya terlalu sering berkaca dengan mereka yang di atas saya, mereka yang lebih professional, mereka yang tinggi dalam pemenuhan materinya. U are u, they are them.. We are different. Tidak ada yang sama.. kehidupan mewah, sekolah berkualitas tinggi, pendidikan excellent, semua fasilitas mahal penunjang pendidikan, biar jadi milik mereka.

Saya, masih saya, dengan segala yang ada pada saya. Kedua orang tua yang selalu berusaha membuat kesempatan bagi saya, kesempatan bersekolah, kesempatan hidup dengan tercukupi, meski tidak mewah secara materil, tapi.. keindahan ternikmat secara melimpah selalu saya dapat, kasih sayang, y kasih sayang yang sangat luas diberikan kepada saya, dukungan, nasehat dan ajaran yang sangat luar biasa. Membuat saya mampu bertahan di tengah godaan dan ajakan hawa nafsu.

Trimaksih mih.. untuk setiap ajaran yang diberikan, untuk setiap ucapan yang selalu mengingatkan saya agar bersyukur dengan semua yang diterima. Wejangan kelasik memang, namun selalu saya ingat dan tertanam dalam hati. Hidup terkadang menyulitkan, percayalah dirimu mampu menghadapinya. Meski hidup dengan kesederhanaan tidak menjadi halangan untuk meraih apa yang diinginkan, orang sukses bukan dari harta yang mengiringi kesuksesannya, tapi orang sukses adalah mereka yang mampu meraih cita dengan segala keterbatasannya.

Selasa, 07 Juli 2009

About Emosional...

Perasaan semua orang hari ini marah-marah terus, salah sedikit di bentak, gak pamit sedikit di marahin, ini salah itu salah. Negurnya pake emosi. Termasuk saya, dari tadi kena omelan terus. Kasusnya begini…

Jadi, proteksi computer baru di setting oleh mereka, saya pakai computer y pakai saja, orang biasanya kalau mau pake, y pake aja.. mereka gak bilang-bilang kalau harus begini begitu menggunakan computer, coba saya di bilangin, jadinya saya tahu harus berbuat apa. Alih-alih ngebilangin, malah ngomelin..

itu baru satu omelan, lainnya: mereka udah liat saya rapih mau pergi, udah mondar-mandir di depan orangnya, udah pamit juga, dia aja yang tidak engeh. Eh, tiba-tiba marah, katanya saya pergi begitu saja. Lah… ih wow’ saya salah lagi??!!

Ampun deh, geregetan banget ngeliat orang tingkahnya kaya gitu, bossy banget.. Emosi rasanya, tapi tak mengapa lah, enjoy aja, nikmatin aja, saya mencoba memahami dan memberi ruang untuk ketidak singkoran ini. Harapan saya dan dia berbeda. Mungkin dia maunya saya bersikap begini sedangkan saya berfikir apa yang saya perbuat sudah benar. Kalau di ributkan tidak bakal kelar. Jadi mengalah saja.. hihihihi….

Kenapa y sesuatu yang terjadi yang tidak sesuai dengan harapan langsung membangkitkan emosi?? Apa meski marah-marah untuk menegur orang?? Apa tidak bisa dibuat santai saja?? Kenapa orang yang satu mudah sekali emosi dan yang satu sangat susah?? Apa yang satu emosinya sedikit dan yang lain terlalu banyak kadar emosinya??
Saya mencoba berfikir dan menafsirkan sifat emosional ini, tentunya dengan tafsiran saya sendiri. Ujung-ujungnya untuk mencari pembenaran bagi saya, yang sedari tadi kena omelan terus.. mungkin ini cara saya memahami dan menerima perbedaan sikap.. berfikir dan mencari sisi positif dari semua itu. Hehehe..

Emosionalitas memang penting bagi manusia. Kegunaannya untuk menjaga harga diri, membela diri dan mempertahankan sesuatu yang benar. Hanya saja, emosi seringkali muncul bukan pada gunanya. Keadaan-keadaan yang sepele bisa sangat membuat orang emosional. Jadi marah-marah, semuanya serba salah.

Masalahnya kenapa meskti marah, Kalau kasusunya seperti saya di atas, rasanya tidak pas jika dihadapi dengan emosi. Dengan baik dan perlahan seseorang akan mudah untuk diperingatkan dan ditegur jika cara atau pendekatan yang dipakai adalah baik dan benar. Tanpa emosi saya fikir semua masalah bisa di hadapi. Paling sengsara jadi orang yang gampang emosi, apa lagi jadi orang yang melulu kena emosi.
Saya mencoba mencari hikmah dari sifat emosi yang semua orang punya. Siapa yang salah emosinya atau orang tempat emosi itu tinggal??

Saya termasuk orang yang mudah emosi, hanya bagaimana emosi itu dikeluarka itu masalahnya. Sepakat semuanya saya kira, bahwa emosinalnya seseorang atau tidak tergantung pada kemampuannya untuk menahan emosi. Siapa yang tidak marah saat disalahkan orang lain, mungkin anda sangat marah, di hati anda mencaci orang itu, hanya di permukaan anda berusaha untuk tenang.

Keadaan ini yang kemudian merepresentasikan anda orang yang penyabar tidak mudah emosi. Padahal di dalam hati anda, anda juga emosi. Hanya tidak di aplikasikan dalam perbuatan. Emosi tidak bisa dihilangkan, yang tepat adalah bagaimana menata emosi itu agar keluarnya pada waktu dan tempat yang tepat. Jadi untuk anda semua cobalah mengerti bahwa jangan menyampaikan maksud dengan emosi adalah penting.

Sabtu, 04 Juli 2009

Pemilu Sebentar lagi...

1 new messages masuk ke nomer ponsel saya, “ada bedah buku gratis, dapet buku + snack. Mau?” - Reply “buku apaan jal? (nama teman saya)” 1 new messages, “Jusuf Kalla, The Real President” di ruang seminar pasca sarjana UGM, tgl 3/06/09 jam 15.00 wib. Pembicara KH. Abdul Muhaimin, Dita Sari, Revrison Baswir, mau?”

Acaranya gratis, dapet buku pula.. sayangnya saya lagi gak di jogja, jadilah saya titip saran ke temen saya biar dia yang ikut, nanti bukunya saya pinjam hehehe..

Pemilu presiden bentar lagi. Suasana hebohnya udah kerasa dari kemarin-marin, iklan capres sering nongol di tv, sampai-sampai hafal. Gak perlu lihat tv, asal denger lagunya bisa tahu ini iklan capres mana. Dari yang indomi, cublek-cublek sueng. Tombo ati, sampai yang mengomentari keadaan social Indonesia. Semuanya adalah iklan per lima tahunan, munculnya menjelang pemilu saja

Kali ini, pemilu tahun ini, menjadi sedikit berbeda bagi saya, karena untuk pertama kalinya saya memiliki hak untuk menyumbangkan suara. Sedikit gerogi memang, karena saya dihadapakan pada beberapa pilihan. Pilihan yang baru saya pahami bahwa jika salah memilihnya, yang terkena akibat adalah masyarakat. lah.. saya kan bagian dari masyarakat, berarti saya ikut juga menanggungnya

Sedikit berat rasanya tanggungajwab ini, karena untuk esok hari, saya masih disini di Negara ini menjalankan semua kebijakan dan ketentuan pemerintah yang berlaku. maka, saya menjadi berfikir bahwa pilihan pemilu esok adalah juga yang menentukan kemudahan hidup dalam bernegara nantinya.

Pemimpin yang kebijakannya dapat membawa hidup pada ekonomi yang baik, program-program yang membawa Indonesia menjadi negara yang berwibawa dengan ilmu dan pengetahuan. Negara maju yang semua warganya mendapat pendidikan dan berkembangan karena ilmu pengetahuan. Negara yang bangkit menjadi unggul karena kemandiriannya.

Negri yang saya cintai dan bangga menjadi bagian di dalamnya, hanya jika saja pemerintah bisa membantu mewujudkan impian itu. akan menjadi sangat mengasikkan.

Rabu, 01 Juli 2009

Tanggungjawab siapa ini..??

Baru dua hari si entong (bukan nama asli) kerja di rumah saya. Pengganti abang-abang yang sebelumnya. Hanya yang sekarang jauh lebih muda usianya dari yang kemarin. Usianya memang masih anak sekolahan, datang dari kampung untuk mencari kerja. Akhirnya sekarang kerja di rumah saya.

Kerjanya bersih-bersih daerah luar rumah, nyapu halaman dan ngepel langgar kecil tempat kami sekeluarga sholat. Awalnya, saya tidak terlalu mencari tahu siapa sebenarnya anak ini. Palingan anak dari daerah yang tidak semetropolitan bekasi dan Jakarta. Datang untuk mencari kerja. Sampai akhirnya setelah lebih kurang tiga hari si entong kerja di rumah, saya baru sempat dan baru ada keinginan untuk nanya ke adik saya.

Entong ini adalah anak umuran sekolah SMP, pernah bersekolah di pesantren, karena tidak punya uang akhirnya hanya sebulan entong bersantri di pesantren. Ah.. entong andai saja saya dan kedua orang tua memiliki uang lebih, ingin rasanya membantu entong agar kembali belajar di pesantren lagi. Hanya, dengan pekerjaan kedua orang tua yang tidak terlalu besar gajinya, harus membiayai ketiga anak yang masih sekolah, aku kuliah, adikku pesantren kelas satu SMA dan yang paling kecil sekarang mau kelas 6. sulit rasanya bisa membantu si entong.

Saya jadi sedih, sedih karena kesempatan dan kehidupan yang saya jalani sekarang ini tidak dialami si entong. Dilain sisi, saya juga menjadi sadar untuk terus mensyukuri semua nikmat yang telah Allah berikan. Kesempatan kuliah, orang tua yang masih bisa memberi kehidupan yang tercukupi. Meski tidak berlebih-lebihan. Harus bisa mengatur uang jajan untuk memperoleh barang yang saya inginkan.

Jika saya berkaca pada entong, keluhan-keluhan saya selama ini rasanya tidak berarti lagi. Melihat entong, saya jadi bertanya tangungjwab siapa ini?? Andai saja, keuangan keluarga saya tidak seminimalis ini keinginan membantu entong mungkin dapat dengan mudah terealisasi. Tapi keadaanya berbeda.

Andai saja orang-orang tidak egois membahagiakan diri mereka sendiri, andai.. semua memiliki kesadaran bahwa masalah ini bukan hanya tanggungajawab pemerintah, andai semua orang yang memiliki harta lebih menggunakan hartanya dengan bijak, mungkinkah beberapa entong-entong lainnya dapat memiliki kesempatan hidup yang semestinya..??