Laman

Senin, 26 Oktober 2009

Perubahan Menimbulkan Tanggapan

Sekian lama, semenjak memasuki semester lima, saya jarang makan di kantin kampus. Selain keadaan yang ramai, berasa lebih mahal di banding makan di luar. Anak kost dengan uang saku yang tidak berlebihan, membuat saya lebih memilih makan diluar, meski selisih seribu dua ribu.

Kalau dulu, selesai kuliah, rame-rame sepakat semuanya sarapan di kantin. Gerombolan pertama disusul gerombolan kedua, datang serempak memenuhi kantin. Kalau sudah begitu, petugas kantin mulai sibuk mencatat, mondar-mandir memenuhi pesanan. Kantin yang sepi dan tenang, berubah riuh dengan suara obrolan dimana-mana, dentingan sendok beradu piring, kepulan asap dari sekumpulan cowo-cowo sambil merokok.

Bersama perjalanan waktu, moment seperti itu sudah lewat masanya, heboh-heboh di kantin rame-rame, makan lima menit ngobrolnya bisa sampe setengah jam. Kebiasaan itu mulai memudar. Bukan hanya berlaku untuk saya, beberapa teman juga seirama dengan saya menjadikan kantin bukan lagi tujuan singgah utama.

Jika dulu sering bergerombol, pergi kesana-kesini rame-rame, janjian jalan, nonton, karaoke sekarang saya kurang berminat untuk lakukan itu. Saya lebih suka menghabiskan waktu dengan satu atau dua orang teman saja. Ngobrol ringan sambil berbagi cerita. Membincangkan masa depan dengan harapan-harapan yang ingin dicapai. Mendiskusikan kejadian yang kami alami untuk menemukan hikmahnya.

Pindahnya kebiasaan ternyata bukan tanpa tantangan. Perubahan menimbulkan tanggapan yang berbeda. Rupanya, perubahan saya ini, menuai beberapa omongan. Ada laporan teman yang baik kepada saya, melaporkan bahwa saya dinilai berubah dan jauh oleh gerombolan.

Jika itu yang meraka utarakan, saya jawab iya, saya berubah tidak lagi tergabung dalam gerombolan. Saya jauh, tidak lagi ikut serta dalam setiap perjalanan mereka. Namun saya tidak menyesali keputusan ini, menghabiskan beberapa bulan bersama gerombolan memberi saya penilian bahwa hubungan pertemanan seperti ini tidak baik untuk berjalan lama.

Kegiatan yang muncul hanya main, menghabiskan waktu dan uang untuk tertawa-tawa, meskipun ada membahas perencanaan, hanya ada perencanaan jalan kemana setelah ini, rekreasi kemana habis ini. Lama-lama batin saya dan logika tidak bisa lagi menerima keadaan ini. Apa yang ingin saya cari dari kegiatan seperti itu.

Gerombolan mungkin bisa mengahabiskan waktu hanya untuk urusan itu, karena mereka memiliki uang untuk membangun masa depan mereka. Pemikiran dan capaian yang ingin di capai gerombolan tidak muluk-muluk. Hanya ingin menjadi ibu rumah tangga. That is not my expectations.

Rabu, 21 Oktober 2009

Istiqomah itu perlu...

Istiqomah dalam hidup penting, jika istiqomah luntur maka kepercayaan dan penilaian orang terhadap kita bisa ikut pudar. Begitu kira-kira inti pesan singkat yang masuk di inbox sms saya. Pesan singkat yang membuat saya sejenak berfikir. Memang betul, kehilangan istiqomah berarti menghilangkan point penting dalam diri yang dinilai orang.

Setiap pribadi memiliki ciri khas, dari segi sudut pandang, tindakan, sikap dan perilaku yang rutin dimiliki masing-masing individu. Istiqomah berarti ke-konsistensian dari perilaku hidup yang menjadi ciri itu.

Pentingnya Istiqomah sering terabaikan, rasa malas dan kejenuhan kerapkali mengalahkan apa yang telah menjadi target. Rencana-rencana yang sudah tersusun meleset pelaksanaanya karena goyahnya konsistensi. Pesan singkat tadi mungkin sebuah teguran kecil untuk mengingatkan saya akan apa yang dulu saya inginkan. Sebuah capaian yang melambung tinggi di angan saya, memberi semangat yang luar biasa untuk terus berusaha mencapainya.

Sampai sekarang ketika semua perencanaan mulai berjalan lancar, ketika ketetapan hati dan kekuatannya sudah saya dapati. Kembali keistiqomahan saya teruji. Abaian-abaian yang mendominasi fikiran saya membuat saya sedikit meremehkan latihan ini. Padahal dari kebiasaan kecil inilah beranjak menuju keterampilan yang dibutuhkan nantinya.

Keistiqomahan saya sedang terombang-ambing, ada pemikiran-pemikiran lain yang menggoda saya beralih ke hal lain yang sekilas dari sudut pandang ini lebih asyik dan menjanjikan.

Planning awal, mulai bercabang ke ranting lain, di bidang lain. Saya tidak lagi begitu semangat untuk menggapain harapan awal yang saya impikan.Saya sendiri bingung, mana yang ingin saya ambil. Kemana angin ini akan membawa. Saya tidak bisa mengambil keduanya, harus ada satu yang mesti didahulukan, dan satu yang harus berani saya tinggalkan.

Betul, sekarang saya masih kuliah, belum terjun di dunia kerja yang dulu saya inginkan, apalagi terjun di dunia kerja yang baru sekarang muncul keinginan untuk bekerja di sana. Harapan dulu dan harapan yang sekarang memang belum sepenuhnya tercapai. Namun, saya sadar bahwa pencapaian esok di rintis dari usaha di masa sekarang. Hari esok adalah apa yang kita perbuat di hari ini, itu pepatah bijak yang sering didengar. Dan kebenarannya adalah nyata.

Mulai sekarang, semenjak sms itu masuk di inbox saya, kembali saya tersadar. Bahwa keistiqomahan harus tetap di jaga. Jika kelak capaian yang digapai melenceng dari rencana, itu adalah jalan lain yang terbaik.

Senin, 19 Oktober 2009

Sunday, October 18, 2009

Perasaan hati sedang tidak tenang, sampai sekarang masih tidak bisa tenang, dua pekan sudah berlalu, dicarikan media pelarian juga tidak kunjung sembuh. Seharian nonton drama, ngenet, tidur, masih tidak bisa menghapus pusing kepala. Yang ketemu malah kata-kata yang menohok hati.

Hari ini rencana mau rehat dari pikiran mumet dengan facebookan, gak ada yang asik malah ketemu posting di dinding orang yang bilang “tidakkah semua musibah yang telah terjadi memberi pelajaran bagi kita, jangan sombong, jangan keras hati, jangan keras kepala”. Haduh’ apa lagi ini.. meski saya tahu itu bukan untuk saya, ngebuat otak jadi berfikir. Mungkinkah saya terlalu sombong, menarik diri dari keramaian saat hati sedang tidak tenang.

Mungkinkah saya keras hati saat mulai mengambil sikap untuk meninggalkan mereka siapa saja yang saya anggap tidak baik terhadap saya. Benarkan saya keras kepala saat tidak ada celah untuk memberi maaf bagi mereka yang pernah menyakiti saya.

Saya terus dihantui perasaan yang tidak bersahabat, bayangan yang mengatakan betapa jahat saya ini. Saat hari sedang ada masalah, saya akan berubah menjadi makhluk yang tidak ramah dengan orang sekitar. Bahkan tega berkata judes dan menghilangkan senyum di hadapan orang lain.

Saya sudah mulai berani berkata jujur di muka orang yang saya tidak suka. Jujur yang menyakitkan mereka. Mulai berani berkata unek-unek hati di depan orang yang saya jengkel. Berani berpaling dari mereka yang saya anggap kehadirannya mengganggu.

Sesaat saya merasa cukup puas. Makin kesini hati semakin resah. Merasa terus berdosa. Letih raga rasanya jauh lebih enak dibanding letih batin ini. Tidak ada siapa-siapa disamping saya. Tidak ada yang bersedia berbagi kesusahan ini. Helaan nafas panjang berhembus sendiri tanpa ada yang mendengar.

Saya tahu, saya tidak sendiri.. Ingin menangis tersedu di hadapan-Mu y Allah, berbaring disujud panjang menghadap-Mu, namun sekarang aku tidak bisa. Semua karena ajaran-Mu, aku tak bisa menghadap-Mu untuk beberapa hari ini.

Aku yakin dengan segenap hati dan imanku, engkau tidak lengang y Allah, engakau selalu berada di sisi ini saat tidak ada orang lain yang hadir.

Engkau selalu memberi kebahagiaan saat tidak ada lagi yang mampu memberi ke bahagiaan. Linangan air mata ini, seakan tidak cukup untuk memohon ampun pada-Mu y Allah

Aku rindu kepada Mu y Allah…
Engakau tiada duanya

Sabtu, 10 Oktober 2009

Beri saya Ruang...

Belakang, hari yang saya lalui sungguh terasa berat, tekanan dan pemikiran ini tidak lekas menemukan jalan keluar. Mengambil sikap atau membiarkan? memilih yang mana juga sangat tidak mudah. Menunggu pengertian mereka, lama tidak saya terima.

Di satu sisi hak saya, sisi lain adalah mereka. Jika saja hati ini mampu untuk bertindak tega.. tapi nyatanya saya tidak mampu. Bersikap seperti ini juga tidaklah membuat saya tenang, mengambil tindakan untuk menjaga hak membuat saya tidak enak hati terhadap mereka.

Salahkan keputusan saya? tapi.. bukankah orang yang tidak punya rasa sungkan terhadap orang lain tidak baik? Saya ada rasa saat ingin sendiri, merenungi semu hidup yang sudah saya tempuh untuk menjadi yang lebih baik.

Tapi mengapa mereka tidak mengerti, tidakkah membaca situasi muka saya ini. Haruskah menunggu benar-benar marah baru tahu apa yang saya butuhkan. Untuk saya tidak mudah mengatakan jangan terhadap orang lain, tidak mudah menolak kedatangan mereka, meski badan sudah sangat butuh istirahat.

Saya tahu sifat ini bukan saya, sifat mau melelehkan diri sendiri demi menerangi orang lain, itu bukan saya. Saya sungguh tidak mampu melihat orang lain tidak lagi menghargai privasi saya. Hati ini menjadi lelah saat kebaikan mulai dinilai sebagai kebebasan. Saat apa yang saya punya mulai dirusuhkan karena sifat tidak tanggungjawab mereka. Tidak sanggup berdiri lama lagi.

Ini jadi tidak seimbang, saya terus berusaha bersikap baik. Memberi mereka maklum saat kondisi saya berantakan dibuatnya. Saya terus berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka, bahkan saya bisa lebih mempedulikan mereka dibanding keletihan saya.
Akhirnya, jika ini tidak berjalan seimbang.. saya tumbang juga.. Muak melihat mereka tidak berubah: terus ingin saya yang mengimbangi. Saya, adalah dijalan saya. Pemegang kendali terhadap semua apa yang saya punya. Mereka yang tidak bisa memberi ruang untuk menghargai saya, saya lepaskan.

Sekarang pertanyaan saya? siapa yang ketergantungan? Selamanya ingin orang lain yang berbuat baik? Tidak ada yang bisa bertahan lama tanpa keseimbangan. Bagi saya, saya bisa hidup dengan kaki saya sendiri.

Sabtu, 03 Oktober 2009

Mudik gratis ala PT Sido Muncul

Corporate social responsibility atau CSR adalah program kehumasan yang dilakukan banyak perusahaan besar. Dengan agenda mengadakan acara yang bersifat sosial. Salah satu perusahaan yang membuat program CSR adalah PT. Tolak Angin.

Dengan programnya: mudik gratis bagi pedagang jamu dan pedagang asongan yang secara serentak dilaksanakan pada, Selasa (15/09/09) pagi dari Jakarta, Bandung, Tangerang, Cikampek, Cibinong, dan Cilegon. Keberangkatan dipusatkan di areal Parkir Barat PRJ Kemayoran. Mereka akan dilepas Menhub Jusman Syafii Djamal, Menakertrans Eman Suparno dan Gubernur DKI Fauzi Bowo ( http://www.kabarbisnis.com)

Tidak sedikit anggaran untuk program CSR ini, hal ini terlihat bahwa PT Sido Muncul dalam tahun 2008 mengeluarkan dana mencapai Rp 8 Milyar (http://www.kabarbisnis.com).

Meski harus mengeluarkan dana yang besar, kegiatan CSR adalah bentuk kepedulian prusahaan kepada masyarakat.Dengan demikian, melalui program CSR ini, maka secara tidak langsung perusahaan yang bersangkutan akan mendapat ruang di ingatan masyarakat.

Biasanya prodak-prodak yang mengadakan kegiatan CSR, yang kemudian di publikasikan melalui media akan mendapat perhatian masyarakat karena secara perlahan, publik akan mudah mengingat prodak yang bersangkutan.Maka, dengan itu banyak perusahaan yang menggunakan momen lebaran untuk mengadakan CSR.

NB: posting ini saya buat untuk tugas mata kul. Penulisan Public Relations