Laman

Kamis, 17 November 2011

My effort (2) - "James Bond"

What do u think about him?
First time i meet james bond’s  at the one of  james bond 077’s series  movies, directly  i’m fall in love with him, he is so gentlemen, smart, sharp and brave but also have sense of romantic highly. He is a secret  agent, always brought the gun on his pocket. Although he worked on fully dangerous situation he looking composed but still assertive and able to take determining precisely how and when to shooting an enemy and what to do.  
For some an expert  literary said that james bond is have a characteristic playboy, but i’m disagree about that, i think james bond is not playboy, he just have warm heart, just doing take over the women.- not for all of women. May be you look from his facial expression, seem declarative that he is flirtatious, so u think that he is a playboy. But on the move, in ending the movie, u will only see that james bone make a relationship with one women, no more. And everyone who become his girlfriend, it’s someone have good capabilities in action and have good positions in her  job. Its not  ordinary person, right? So james bond is selectively person, its no indicated that he is a playboy.
All over, james bond is perfect men i guess, from outside and inside. On realistically situation, almost assured  james bond is nothing. But literature society believe that Ian Flaming -people who create james bond that he is people be james bond character. James bond and Ian Flaming had same habit like same favorite food, smoker, clever to playing card and casino is favorite place.

Minggu, 06 November 2011

Tolong Biarkan Saya Melihat dan Mendengar…!

Kadang saya terpesona dan kagum dengan jalan fikir seseorang yang nampak  tidak mungkin untuk berfikir berilian namun mereka mampu. Kadang saya dibuat kecewa dengan sikap seseorang yang tampak fisik sangat pintar dan berwawasan, tapi belum  sampai  saya dengar analisanya mereka sudah memberi kesan angkuh.

Saya terus mengamati dan merasakan setiap pergerakan hidup ini, segala apa yang saya alami, secara perlahan menjadi pengetahuan yang membentuk karakter diri. Layaknya rekaman. Seorang cameramen mengambil banyak gambar untuk stok, kemudian dipilah mana gambar yang baik, gambar yang memiliki manfaat dan layak untuk ditayangkan.  

Begitupun segala kejadian yang telah saya lalui, saya pilah mana yang baik kemudian saya gunakan untuk menjalani hidup ini. Namun tentu, tidak semudah berucap. Kadang kala saya tahu itu tidak baik, tetapi kecolongan bertindak atau berkata yang kurang baik. Karena benar apa yang dikata seseorang bahwa “memberi nasehat kepada orang lain itu mudah tapi saat yang menasehati mendapat masalah, kerapkali meraka sulit untuk berdamai dengan diri sendiri”.

Saya setuju dengan pandangan seseorang yang mengatakan bahwa ungkapan fuller itu  salah “contoh yang baik adalah nasehat terbaik” – bagi saya nasehat bukanlah hal yang bisa mengarahkan seseorang pada kebaikan jika tidak dibarengi dengan contoh sikap dan tindak secara praktik dari si pemberi nasehat. Melihat dan mendengar adalah  dua komponen yang harus bersinergi. Hanya melihat tanpa diberi ruang untuk berdiskusi tentu tidak cukup, sebaliknya hanya membiarkan mendengar tanpa memberi contoh tindakan nyata juga percuma. Karena pada dasarnya kita berinteraksi dengan manusia yang belajar dari apa yang dilihat dan didengar.

Minggu, 09 Oktober 2011

My effort (1) - "Hyun Bin"

 Preface
Starting from this day may be u will look my blog  including folders by tittle “my effort”  an english. That is will be continue and i yield foot note there like  symbol “(1)” in behind– as a chapter for each part. This is just my way, my effort to improve my english, so i’m started from several days ago to writing something  with surface questions like what do u think about someone i was interested and than make a description. I’m preceived that the wise word “u can if u want” is lacking. You can if u want and.. if u make it become true with an act, so “my effort” its partially for my action to make me can speak english well.  

Finally, may be u will meet many mistakes on my grammar, please tell me where are wrongs and don't blame me with your despise, i need your help to support me...  and than bellow are the first of my effort.  Talk about Hyun Bin. 

My effort (1) - “Hyun Bin comes to Jakarta” 

What do u think about korean actress especially  Hyun Bin?

In the last night, i got messages from my friend said that Hyun Bin, once of Korean actress he will come to Jakarta at date 04 until  07 sept 2011, he comes about promotions korea’s military. My friend explained If u want to meet him, so u must  join to twitter’s indonesia fans club Hyun Bin, they are @HyunBinnieID, or @BinnieloversIND, or @debbyAgain, they were official administrations of Hyun Bin’s fans club, all about activities Hyun Bin during visited Indonesia, available there. The profit when you follow them, you  will more easy to access in that event and have an avenue to stand in good place there. 

So u know what, my friend and me stay on twitter last night to register meet Hyun Bin. The registry opened at 21.00 pm and u must be faster, only 500 quota and just needed 30 minuts to closed when administrator said qoute is full.

 After registrations u  just  waiting conformations from administrator, they will send announcement on your email, if u are lucking you will got resent email that u are acquiring invitations. Several hours i'm waiting and hope there was a new email for  me.  But its no comes early, anxious, make me crazy..! and i decided to offline, hope the next morning there an email. 

At early morning i wake up faster than before and direct check my inbox, there are certain a new email, oh god.. with cauntions i opened, and than... unbelievable!! thanks god.. i got re-email... so Hyun Bin c y... on 06 Oktober 2011 at Lapangan Marinir, Cilandak, Jakarta



__*****__

Hyun Bin has become famous in Indonesia, particulary from indonesian womens because he handsome and had tamper at drama korean “Secret Garden”- its most popularly drama today- are affectionate, assertive but not overly arrogant, still have soft-hearted or warm, composed, perhaps showing be a perfect men, that inferences may be drawn everyone to impression about him.  


I made a decision to come on his event, its not about he was my idol. But i just wanna know how situations there, have a new experience, can see directly how disorder there. How enthusiastic people there. How alertness from event organize and how Hyun Bin performance infront of his audience. I’m not really hope that i can meet Hyun Bin closed, but i hope can takes some good photos situations there, to be a story of my journey next day...




Rabu, 28 September 2011

Ini Sentilan Kecil Tuhan...

Sebagian orang mengatakan bahwa kegagalan adalah kemenangan yang tertunda, bagi saya gagal berarti telah hilang satu kesempatan, gagal ya gagal, tidak ada kemenangan, yang ada hanya berharap akan ada keberuntungan lain.  

Tidak ada yang saya takuti dari gagal, mereka ada untuk memberi pelajaran, menjadi matang setelah gagal. Menjadi kuat dan lebih cermat setelah gagal.

Dikesempatan kemarin mungkin saya tidak berhasil karena tidak mampu mempresentasikan diri dengan baik. Dongkol dengan penguji? buat apa?? Ia tidak salah, yang salah adalah saya. Ada yang kurang, ada hal-hal yang harus dimatangkan kembali. Benar status teman saya mengatakan bahwa untuk tidak membiarkan pergi impian caranya adalah dengan menjadi smart, be sharp, be brave and be your self. Inilah komponen yang harus saya kuasai kembali. 

Selama ini mungkin saya terlalu nyaman dengan pengetahuan dan pengalaman yang saya punya, padahal perkembangan ilmu terus bergerak. Selama ini mungkin saya terlalu percaya diri telah menjadi pribadi yang memiliki pemikiran kritis padahal tidak. Selama ini mungkin saya mengira bahwa saya telah menjadi orang yang berani, namun saya salah, itu hanya emosi sesaat yang tidak pantas dikatakan keberanian. Selama ini mungkin saya sering meremehkan kemampuan orang lain dengan selalu berfikir “be your self” padahal saat saya berkata demikian, teman-teman saya telah jauh berlari meraih cita.

Kegagalan telah memperlihatkan kepada saya bahwa selama ini saya salah, bukan alam dengan semua pemberiannya yang salah, tetapi manusia yang kerap kali sombong. Jika dikatakan bahwa kadar keimanan seseorang seringkali naik turun begitupun dengan kadar kekuatan semangat, kadang meningkat kadangkala menurun. Hanya, beruntunglah saya memiliki Tuhan yang selalu mengingatkan dengan sentilan-sentilanNya.

Rahmat dan hikmah selalu ada di setiap celah perkara yang nampak tidak ada faedahnya. Jika tidak didunia maka diakhirat akan ada yang dituai. Saya mempercayai itu.

"Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan…. ?!"

Rabu, 14 September 2011

Sekufu atau tidak sekufu?

Get Married 3, sebuah film komedi yang disutradarai Hanung Bramantyo akhirnya saya tonton juga. Selain melihat iklan promonya di acara musik, film ini menjadi film rujukan dari beberapa teman. Lumayan buat bikin ketawa. 

Bagi saya pribadi, get married 3 kurang begitu kocak dibanding film sebelumnya. Ceritanya hanya membahas masalah suami istri yang baru punya anak. Mae mengalami baby blues dan ketiga teman  mae mulai mengalami pergerakan karir yang  unik.

Pesan yang ingin diangkat adalah mengenai ikatan keluarga, bahwa betapapun permasalahanya, keluarga merupakan pelabuhan satu-satunya dari semua kegiatan dunia.


Secara keseluruhan, lika-liku konflik yang ditampilkan film ini normal-normal saja, biasa-biasa saja, tidak terlalu banyak menguras emosi, yang menarik dan menjadi konsentrasi pribadi saya adalah bahwa pasangan pernikahan seperti mae dan rendy terbilang langka. Dalam hidup yang mengajarkan manusia untuk memandang kelas dan kasta sosial, akan sulit bagi seorang mae (dalam kehidupan nyata) mendapat pria seperti rendy yang kaya lagi terpelajar. Kalau tidak benar-benar nekat  cowonya. Hal ini diikuti dengan banyaknya penasehat yang mengajarkan untuk mencari pasangan yang sekufu. Baik dalam tingkatan ekonomi dan juga masalah pendidikan. Tujuannya untuk menghindari kesenjangan pandang yang begitu mencolok, kelak. 
Berbagai tulisan memuat tanggapan dari para pakar bergelar M.Si, Psi, MA, S.Ag mengenai betapa berpengaruhnya sekufu bagi pria dan wanita dalam berumah tangga. Berjauhan kadar pengetahuan dan pengalaman akan sulit mempersatukan kesamaan berfikir, ujungnya salah satu pihak mungkin akan merasa tidak dipahami pemikirannya oleh pasangan, ini yang dikhawatirkan dapat menjadi pemicu tidak berjalan harmoni sebuah keluarga. 
Muncul anggapan dari obrolan ala-ala kantin dan warung lesehan, kalau anak pengusaha pasti mudah mendapat pasangan yang cantik atau ganteng. Kalau anak cendikia pasti pasangannya turunan priai, kaya dan berpendidikan. Tentu ini hanya sekedar anggapan ringan tanpa teori yang pasti, namun setidaknya inilah yang terbenak di fikiran beberapa orang dalam memaknai arti sekufu. Lantas perlukah ini diyakini?? Mari lihat keadaan yang ditunjukkan alam.
Kehidupan dengan berjuta kisah yang disajikan, aneh dan kadang suka tidak sampai dilogika, memberi sejuta jawab dengan sebuah fakta. Wanita dewasa lulusan S1 menikah dengan pria lulusan SD, benar-benar ada dan terjadi. Jawaban dari keanehan ini terlontar “saya dan suami selama ini tidak mengalami kendala komunikasi yang cukup berarti, untuk saling mengerti, kami sama-sama banyak membaca buku”. Ada lagi seorang wanita nan hebat, berpendidikan tinggi, sering bepergian ke luar negeri guna berdiskusi dengan orang-orang pintar, menikah dengan pria biasa ber-profesi  guru. Jomplang memang, tapi inilah sedikit kisah yang ada.  

Kisah ini tentu tergantung individu. Bagi saya pribadi, akan tidak mungkin seseorang menentukan sikap tanpa ada argumentasi sebelumnya. Apa pun itu, masing-masing berhak menentukan jalan dan cara apa yang digunakan untuk mengambil sebuah keputusan. Termasuk berhak menentukan standar kualitas bagi pasangan.

Senin, 05 September 2011

Tanpa Judul, hanya untuk kawan...

Satu pesan masuk ke inbox hanphone saya, malam ini, dari seorang kawan semasa kuliah, menanyakan kabar dan menyampaikan maksud mengirimkan pesan. Beberapa kali kami saling berbalas singkat, mengingat kembali masa-masa bersama di Jogja dulu, yaitu waktu dimana tanggungjwab masih setengah, waktu dimana pemikiran masih cenderung poya-poya, waktu dimana masih menghabiskan uang tanpa berpikir panjang, waktu dimana perjuangan hidup sesungguhnya masih belum terlalu berasa. Dan kini, waktu mulai berjalan memisahkan kami, membuat jarak semakin jauh, membuat kenangan semakin panjang untuk diceritakan.

Padahal kami baru di awal perjuangan. Saya memang lebih dulu meninggalkan Jogja, itu pun belum terlalu lama, baru sekitar 3 bulan berlalu, dan teman saya, masih di Jogja untuk menunggu perayaan wisuda. Namun rasanya, sudah teramat lama kami berpisah. Segala komentar dan pandangan kami kala itu, hari ini, disaat kami mulai menjauh satu sama lain karena keadaan, malah mendekatkan kami pada keakraban, saling mengirim pesan dan telephone. Topic pembicaraan kami masih gaya lampau hanya focus kami yang kini mulai berubah.

Cara pandang dan pola menejemen hidup juga mulai menunjukkan tingkatan yang lebih serius. Dengan beberapa teman yang dekat, kami saling berbagi planning kedepan, saling menceritakan keinginan. Ada yang berkeinginan membuka usaha, ada yang sedang mencoba menjadi dewasa, ada yang berjalan santai menyelesaikan kuliah namun memiliki target yang sangat terukur. Kepada mereka, saya banyak belajar dan bercerita

Nasib kami memang tidak serupa, tapi kami satu dalam keakraban, saling melengkapi dan menyuburkan mimpi satu sama lain. Kepadanya, Endah Kusumaningrum, saya belajar akan pribadi yang memiliki tujuan namun tetap menikmati masa mudanya. Kepada Citra Paramita, saya belajar akan pribadi yang anggun nan penuh kedewasaan. Kepada Nur Sofyan, saya belajar arti cendekia dalam hidup, memberikan banyak pencerahan dikala langkah mulai gontai.

Ketiganya adalah kawan yang sangat special di hati ini, seorang teman yang memiliki kecakapan akademik namun juga baik dalam menyikapi segala hal termasuk cita masa depan. Di perpustakaan, di lobby, kami sering berbincang mengenai banyak hal, mulai dari topic remeh temeh sampai saling mengutarakan pendapat. Kadang serius, kadang tertawa. Mizz u all….

Jumat, 15 Juli 2011

Mb nenden, idola saya...

Sungguh mengharukan, wanita yang sangat saya kagumi itu kembali memberi sebuah kejutan. Lagi-lagi di tengah rutinitasnya yang tidak lengang, ia mau membalas email dari saya. Email yang mungkin tidak begitu penting, tapi sangat berarti. Sebuah balasan email yang mampu menenangkan segala urat resah.

Mala it's a beautiful surprise, makasih untuk email ini. Aku tak pernah menduga bahwa sepucuk email yang aku kirimkan sebagai balasan emailmu saat itu ternyata begitu berarti bagi kamu dan menjadi penyemangat bagi kamu untuk terus menulis.

You know what? this email also so meaningful to me, I've never thought that my small contribution could provide a bunch of energy to someone potential like you to keep walking with your passion in writing..

Am not an idol it's an honored if you positioned me that way, am just an ordinary person who never stop learning. Am going to Ohio University to continue my study this fall semester with a scholarship from the University..

Never give up your dream, chase it like there's no tomorrow, give your fullest energy in anything that you work for.. you'll never know what is waiting for you at the end of the tunnel

stay in touch ya Mala, stay strong and persistent in writing and everything in your life, keep the fire on and walk with it :)

cheers
nenden


Tiga tahun lalu, saat Tuhan mempertemukan saya dengannya melalui acara kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, penampilannya begitu mempesona, seorang wanita pandai yang memiliki kemampuan kuat serta wawasan yang luas menggiurkan mimpi saya untuk bangun dan terus berlari mengejar tujuan. Inilah sosok yang selalu saya bayangkan akan menjadi sepertinya sejak 12 tahun yang lalu

Selepas kuliah umum, saya memberanikan diri untuk mengirim emai kepadanya, saya fikir tak mengapa karena mb nenden memberikan alamat emailnya, itu petanda bahwa dirinya siap menerima email bukan? hanya saja, ada sedikit kekhawatiran kala itu, akankah email itu akan berbalas? Sambil malu-malu dan gelisah, saya putuskan untuk mengirim Email yang berisi perkenalan singkat dan sedikit cerita di dalamnya. Pertimbangan waktu itu, biarlah tak berbalas yang penting saya sudah berusaha.

Tidak sampai menunggu berminggu bahkan berbulan lamanya, email saya berbalas, semakin meninggilah rasa hormat dan kagum saya kepadanya. Bukankah saya hanya pemula yang bagi sebagian orang setingkatnya hanya memenuhi inbox, sangat pantas untuk diabaikan. Namun, email saya berbalas!! Laksana menerima hadiah berlian, semenjak itu saya nobatkan dalam hati bahwa mba adalah sosok idola saya. Membalas email dengan sangat lugas dan melindungi. Baginya, saya adalah pemula potensial yang sedang berusaha mencari sebuh perjalanan nyata. Bukan anak ingusan yang merengek mengeluh tanpa tujuan. Ia mengajarkan saya untuk fokus dan tidak menyerah “jangan takut komentar orang atau penilaian apapun, lama-lama kamu akan bisa memilah mana komentar yang konstruktif mana yang hanya ingin menghancurkan rasa percaya dirimu” katanya, di balasan email pertama.

Selang beberapa tahun sejak email pertama itu saya layangkan, kali ini untuk kedua kalinya saya menyapa mba dengan kekaguman yang masih sama persis seperti dulu. Bahkan bertambah besar.

Lagi-lagi ia membalas email saya, kali ini dengan energi yang jauh lebih besar dan kuat. Terimakasih mb, terimakasih untuk setiap balasan email...

Minggu, 26 Juni 2011

Sepekan, aku khilaf…

Begini rupanya rasa itu, rasa mencari pengalaman yang diberi semesta. Keras dan begitu melelahkan. Sudah hampir sepekan aku memaksakan diri untuk berdiri, mencari dan berlari, sampai kadang peluh tak terbendung, letih raga dan emosi, aku hantam habis, seperti aku menerobos kacaunya jalanan ibu kota. Semua ku lakukan demi mencari pengalaman.

Meski usaha itu berlum berbuah, akankah aku menyerah?? jika setiap tetes keringat yang nampak sia-sia sebetulnya memberi arti dan pengalaman yang sangat berharga. Aku hanya perlu untuk membuka mata, melihat dengan teliti, dan semuanya nampak penuh hikmah.

Setiap langkah yang terlihat gontai sesungguhnya berisi kemantapan.
Setiap desahan napas, sesungguhnya bertanda sebuah keputusan. Kesempatan yang harus aku tinggalkan.

Aku bimbang di awal, haruskah aku tinggalkan menara itu, menara yang menawarkan kemegahan dan prestisius tinggi?! Aku kembali bertanya dalam diri, benarkah aku berani meninggalkan permainan itu, sebuah permainan yang sangat erat dengan para hartawan dunia ini, yang jika ku tekuni, bisa saja aku berubah seperti mereka. Dan ku putuskan untuk meninggalkan itu semua. Aku melawan arus, berjalan menuju bumi dimana sebagian lain beranjak menuju langit.

Aku tersadar bahwa aku melupakan sebuah kebahagian terdalam dalam diri. Aku berburu pekerjaan di menari, dan lupa akan kegiatan menulis. Sebuah impian yang sudah tertanam sejak aku masih di bangku SMA dulu. Aku tidak menginginkan jabatan keren dengan kostum super mahal layaknya atasan sebuah perusahaan. Bagiku kegiatan terindah adalah saat menuliskan sebuah gagasan maupun kejadian yang dapat memberikan dampak positif bagi orang lain. Bukankah itu, mengapa aku membuat akun blog ini, dan mengikuti kegiatan buletin kampus saat masih kuliah. Bekerja keras memeras otak demi menuliskan dua ribu karakter kata agar dimuat di Koran harian lokal. Kadang kesal namun memuaskan saat huruf terakhir di tuliskan.

Sepekan, aku khilaf, melupakan menulis untuk mencari posisi indah di menara menjulang tinggi. Dan kini, aku kembali, untuk sebuah ketenangan dan kedamaian yang ku cari. Sungguh tenang dan membahagiakan.

Sabtu, 21 Mei 2011

Ditantang jadi enterpreuner…

Ingin ku hirup dalam-dalam bau aroma ini, wangi khas ketika langit akan turun hujan. Ingin lama-lama ku rasakan terpaan angin ini, angin yang datang sebelum hujan turun. Damai, sungguh damai.

Hi, kamu yang di sana!! Jangan!! jangan tutup pintu itu, jangan halangi aroma ini, jangan halangi angin itu. Biarkan dia masuk. Mendatangi setiap rasa yang ku rasa. Orang yang ku teriaki menurut. Sambil terpejam ku coba hidupkan panca indera ku yang lain, telinga dan hidung, ku biarkan bekerja, mendengarkan dan menghirup dalam-dalam udara ini. Sepuas-puas mereka mau. Ku biarkan. Rupa-rupanya… dengan begini dapat sekejap mengendorkan syaraf-syaraf berfikir. Begitu sejuk dan begitu tenang, aku pasrah. Setidaknya ada Yang Maha Kuasa bersamaku.

Belakangan memang aku gelisah, berharap semua impian dapat segera datang. Waktu semakin menipis, sedang tanda tak kunjung datang. Seorang teman tadi pagi mengingatkan aku bahwa mengapa mesti menghawatirkan pekerjaan, mengapa tidak menerapkan entrepreneur dalam hidup ini, sambil terus panjang lebar ia menjelaskan, bahwa mengapa pemuda Indonesia hanya berfikir mencari kerja sedangkan keseimbangan ekonomi bukan hanya melalui usaha makro tetapi juga melalui sector mikro. Dengan masih menggebu, teman saya terus berbicara, saya mendengarkan, katanya dia sudah merancang sebuah proyek usaha di kampung asalnya sana, membuka lapangan pekerjaan adalah impian dia.

Saya teringat, teman saya yang satu ini memang memiliki beberapa proyek besar dalam hidupnya, di pekan lalu, ia juga sempat menjelaskan kepada saya bahwa nantinya ia akan membangun sebuah rumah impian di bawah kaki gunung dengan kolam renang dan perpustakaan pribadi yang tenang. Saya mengamini harapan dia waktu itu karena saya percaya bahwa ia mampu. Dan kini, ketika ia kembali menyarankan saya untuk menjadi seorang entrepreneur, rasa-rasanya saya tergoda. Cuma, pagi itu saya masih me-mending pembicaraan lebih lanjut tentang buka usaha. Modal yang menjadi kendala saya, mau pinjam ke orang tua, kayanya sedikit berat, malu. Sampai disitu - selesai, saya tidak lagi memikirkan.

Siang harinya, ketika sedang nonton tv, ada iklan majalah elshinta yang menyinggung tentang pengusaha sukses, tak disangka tak diduga, orang tua, ibu saya yang ada disamping, nyeletuk menantang saya untuk buka usaha. Wah.. laksana angin mendayu, segera saya timpali tawaran ibu saya itu, memastikan maukah beliau memberi modal?? Berkali-kali saya pastikan, benarkah?. Dengan mantap ibu saya kembali menantang, oke gampang modalnya, sekarang mau usaha apa?? – waduh.. saya bingung mau usaha apa, orang terfikirnya baru tadi pagi… tidak mau asal sebut, takut sang pemilik modal mundur karena pilihan saya tidak tepat, akhirnya saya bilang, nanti saya fikirkan dulu usaha apa yang berprospek di bekasi ini… lagi-lagi saya memberendong ibu, memastikan benarkah mau memberi saya modal??? Beliau berkata.. iya’ anak ku…

Dan kini….. ada yang bisa memberi saran..?? usaha apa yang berprospek di bekasi sini…??? Tik.tik.tik.tik.tik….. –berfikir

Minggu, 15 Mei 2011

Yogyakarta, Abadi Memori

Siang hari di Jogjakarta sebenarnya sama saja dengan siang-siang kemarin, namun untuk kali ini ada satu rasa yang berbeda. Perasaan sedih karena sebentar lagi akan meninggalkan kota yang telah memberikan aku banyak pelajaran, bukan hanya dari perbedaan bahasa dan keta’adziman warganya kepada keraton, tetapi juga memperkenalkan ku kepada kekayaan ragam budaya yang menyatu, yaitu warna yang dibawa mahasiswa-mahasiswa dari daerah-daerah lain.

Aku sudah hampir empat tahun tinggal di kota pelajar ini untuk kuliah, bertemu dengan teman-teman dari sabang sampai merauke, dari timur sampai barat Indonesia. Sungguh sebuah keberagaman sosial yang multikultur. Multikultur tidak hanya dalam percakapan tetapi juga multikultur mengenai pahaman emosi. Mulai dari cara pandang yang berbeda dalam menyelesaikan masalah, serta kebiasaan-kebiasaan keseharian yang juga berbeda.Dulu, saat memutuskan kuliah di Jogja, pertimbangan terbesar adalah karena jauh dari rumah. Ingat betul, bagaimana saat itu aku tidak sabar ingin pindah ke jogja. Menanti-nanti datangnya bulan Juli.

Setibanya waktu itu datang, dengan masih polos, aku turun dari kereta membawa koper dan tas di punggu, menenteng kresek dan tas isi, untuk pertama kali menginjakkan kaki di kota tujuan wisata ini.

Di stasiun tugu, aku bergumam, melihat arsitek bangunan stasiun sungguh mempresentasikan sebuah daerah baru yang akan sangat menarik. Semakin jauh meninggalkan stasiun, budaya jogja begitu terasa, tukang becak menghampiri setiap orang yang bergegas keluar, berebut menawarkan jasa, namun tetap sopan. Di jalan raya, identitas nomer kendaraan bermotor begitu beragam, sebuah hal yang jarang ku temui di Bekasi sana. Jalan lebar karena lengang. Sesekali ramai di depan pasar tradisional. Sangat ramai tapi tak berdesak-desakan. Sungguh Jogja yang tenang kala itu dan semoga sampai nanti.

Mei 2011, Tiga tahun tujuh bulan sudah aku di Jogja, dan kini saatnya untuk kembali ke kampung halaman, mencoba melihat hidup pada tingkatan selanjutnya yaitu profesionalitas. Dalam batin, meski sedih harus meninggalkan teman dan segala kenangan tentang Jogja, inilah hidup, tidak berhenti pada satu tingkatan, akan berlanjut ke tahap lain. Meski begitu, Yogyakarta adalah satu memori yang tidak akan terlupa, selamanya...

Rabu, 30 Maret 2011

Pagi, Pagi...

Minggu pagi, ketika matahari masih belum sempurna memamerkan sinarnya, hujan sudah menyerobot membasahi bumi. Dalam ngantuk, ku paksakan diri untuk membaca buku yang aku pinjam dari perpustakaan, sungguh aku bertarung dengan keinginan untuk memanfaatkan pagi dan ajakan mata untuk berbaring lebih lama diatas kasur. Pergolakan batin yang ku alami hampir tiga pekan belakangan ini. Aku memang terlatih sejak lama menyia-nyiakan pagi dalam tidur panjang, entah mengapa, anak kos selalu dilanda insomnia akut, hasilnya keindahan pagi selalu terlewati dalam lelapnya tidur. Sadar hal ini tidak baik, ku pelajari untuk tidak lagi tidur di pagi hari, namun ini tidak mudah, keterlatihan tidur pagi bertahun-tahun sangat sulit kupangkas hanya dalam sekejap. Rupanya, batin dan rasional ku mampu bersekongkol untuk membentak nafsu malas, ku-ciptkaan misi itu.

Ku mulai misi dengan menyiapkan segala kegiatan yang dapat membuat kerja di pagi hari. Malamnya sebelum ngantuk membuatku tidaksadarkan diri, sudah kufikirkan apa yang harus dikerjakan esok pagi. Ku fikir-fikir, ku cari-cari, walhasil kini aku bertambah rajin, membereskan kamar, menata lemari, merapihkan rak buku, mengelap kaca, mencuci baju, piring, menonton berita pagi, sesekali menyeruput teh. Sayangnya, agenda itu tida terus ada disetiap pagi, semua baju, lemari dan rak buku sudah rapih ditata, esok pagi tidak ada lagi yang bisa aku kerjakan, khawatir pagi ku hilang dalam tidur lagi, otak malaikat ku mengingatkan agar aku meminjam buku untuk dibaca kala mentari masih malu-malu.

Beberapa buku kini sudah siap di samping tempat tidur. Lega rasanya setidaknya pagi ini ada sedikit aktifitas yang berguna, tidak tidur! Kembali ku buka halaman yang tertunda semalam. Satu buku sudah tamat ku baca. Berlanjut ke buku kedua. Tetapi apa daya, masih ingin hati membacanya, perutku tak bisa diajak berkompromi. Ku nyalahkan kompor itu, memasak air, merebus teh tubruk melati. Aroma melati masuk kedalam hidungku, memberi sebuah perasaan, entah perasaan apa itu, antara bahagia namun haru. Bahagia karena dapat menikmati pagi, tapi sendu akibat sisa emosi yang masih ku bawa akibat membaca buku.

Buku itu berjudul “Rindu Ibu adalah Rindu ku”, sebuah kisah yang terinspirasi dari kisah nyata karangan Motinggo Busyen, dan kini buku berjudul “Ada Seseorang di Kepalaku” karangan Akmal Nasery Basral masih setengah jalan ku baca. Keduanya memang buku ringan yang sengaja ku pilih. Tepatnya ku pinjam dari perpustakaan kampus. Lama ku telusuri rak buku favorit itu, memilah dan memilih mana lagi buku yang bisa ku baca. Karena susah mencarinya, aku harus membedakan mana novel yang berlandaskan hidup nyata dan mana yang sepenuhnya dibumbui cerita khayal, aku tak suka khayalan!! terlalu munafik! memberikan keindahan semu!

Sambil menunggu rebusan air ku masak, kembali ku hadapkan mata ini ke depan layar kecil. Beberapa tuts saling beradu dengan jemariku, mengeluarkan suara ketikan yang berirama khas, aku suka!

Ku ingat bahwa bulan ini belum ada tulisan yang bisa ku upload kedalam blog.

Rabu, 09 Februari 2011

SMS itu.. Sebuah Oase...

"Hati orang yang telah mencapai hakikat kebenaran adalah penuh dengan ketenangan, terhindar dari segala rasa gelisah. Ia tidak dapat dipengaruhi oleh kesenangan dan kesedihan. Ia menemukan kebahagian itu dalam jiwanya dan bersama pikirannya tenggelam ke dalam hakikat kebenaran karena mengingat akan mencapai kekekalan Allah dan Surga-Nya. Ia adalah orang yang telah dibersihkan jiwanya dari segala ketidaksempurnaan, ia telah dapat menghancurkan segala rasa ragu. Ia dapat mengontrol jiwa dan akan mengalami ketentraman, selamanya"


Tidak singkat bukan, tapi itulah sms yang dikirimkan ke nomer ponsel saya, malam ini sekitar pukul 20:14 WIB, entah dari siapa, nomer bertuan, bernama, berjeniskelamin namun secara personal sungguh tak mengenal. Ajaibnya, Ini bukan sms pertama darinya, tapi yang kelima. Jika ingin berfikir misteri, angker juga kalau disama-samakan dengan film hantu korea yang pernah saya tonton. Sms datang dari nomer tak dikenal, ternyata bertuan hantu yang meninggal bunuh diri tertabrak mobil. Mungkinkah itu saya alami? saya kira tidak, tuan itu memiliki nama, berupa, juga berasal, hanya saja perkenalan ini terkesan tidak resmi, karena belum ada seremonial perkenalan layaknya adat yang dianut bangsa ini. But it’s ok, sebuah pepatah indah dari arab, saya konsumsi saat sms itu datang: “yang terpenting adalah apa yang dikatakan bukan siapa yang mengatakan, terimalah meski bersumber dari seorang budak”.

Bukan, bukan maksud menyamakan ia dengan budak, si tuan pengirim sms itu jauh dari predikat budak, sungguh dia adalah pemuda yang beradab dan merdeka. Makna pribahasa itu saya artikan sebagai sebuah penghormatan atas apa yang dikatakan, tidak guna bagaimana rupanya, yang terpenting adalah kalimatnya selalu memberi arti, sebuah syair indah yang bermakna kehidupan. Meski tidak semasyhur ungkapan majnun, meski tidak sedalam syair cinta Robi’ah kepada sang pencipta, smsnya dapat menghentikan setiap aktifitas saya, mengajak untuk berfikir sejenak, melihat dan menghirup maknanya, mendatangkan sebuah penerimaan.

Dan akhirnya, saya beri balasan atas pesan di atas

"aah, betapa indah semua ungkapan itu, rindu.. sungguh rindu ingin mencapai ketenangan.. bisakah? Jika hati sang hamba ini selalu penuh ambisi duniawi? Cita-cita tinggi untuk orangtua, mulia bukan? Namun kerapkali menjadi pemicu kegelisahan hati.. keringkerontang.. tidak ada nirvana secuil pun.."


Hi, tuan... Sms kisanak menjadi istimewa bukan karena tuannya, tetapi disebabkan rantaian kata indah syarat maknanya, menghipnotis dan menggugah kebahagiaan sekaligus kesedihan saya. Mungkin terkesan berlebihan, dan tuan yang disana, bisa saja berpersepsi betapa saya begitu mudah terkesan, padahal bisa saja pesan itu tuan kirimkan ke semua teman dan kolega tuan. Tapi, tak mengapa, bukankah penerimaan seseorang itu berbeda-beda tergantung pengalaman yang mereka alami? Kebetulan...(?) Syair singkat tuan.. teriringi dengan jiwa yang saya miliki. Melankolis?? Biarlah...

Selasa, 25 Januari 2011

Asa

Perasaan sedih ini saya tuliskan sambil mendengar perbincangan politik di metro tv, dengan sayu dan memang tidak saya pusatkan perhatian ke perbincangan itu, terdengar juga inti dari percakapan para pakar komunikasi politik itu. Ah’ dasar politik, memang selalu seperti itu.. ada saja yang membuat jengkel hati dan geleng-geleng kepala. Pancarannya sangat tidak menenangkan, membuat gerah, bahkan, lencengan argumen yang terdengar indah tidak mampu dibenarkan oleh akal dan hati.
Biar politik berjalan dengan arus dan gelombang politiknya, karena hidup bagai dua mata sisi yang selalu berlawanan.

Sore ini, bukan persoalan itu yang memenuhi benak dan hati saya
Rintik-rintik suara hujan seraya mendukung sendu yang dirasa. Musababnya gara-gara buku. Kali ini, satu lagi buku berhasil saya tamatkan, judulnya “Asa, Malaikat Mungilku” sebuah kisah nyata perjalanan anak penderita lupus yang berujung pada kepergiannya.

Sangat kontradiktif memang, pembukaan tulisan ini sedikit menyinggung politik, padahal yang ingin dibahas adalah perjuangan dan kegigihan Asa. Politik dan Asa adalah dua hal yang sangat bertolak belakang, saya sadar itu, aura dan nilai yang diberikan juga sangat berlainan, bak egoisitas dan keikhlasan. Politik di kotak egoisitas sedang Asa di lapangan keikhlasan.

Semacam ada amarah saja dalam hati, disaat baru mulai menuliskan tentang Asa, tiba-tiba mendengar perbincangan politik, judulnya kulau saya tidak salah ingat “kalau SBY mengeluhkan gaji”. Haduh’ presiden masak mengeluh. Coba tengok berapa gajih orang tua Asa, betapa termehek-mehek mereka mencari pinjaman uang untuk biaya berobat Asa, pemasukan mereka hanya seperempat gajih para elit politik!
Oh tidak, mungkin dibawah seperempat gajih presiden, atau mungkin seharga biaya bulanan presiden.

Asa pernah bertanya kepada bundanya, mengapa tidak di bawa lagi ke RS di Jogja, bunda tidak punya uang y? Ini Asa ada uang Rp. 700 ribu, pemberian dari sanak keluarga yang menjenguk. Jika saja presiden mendengar kata-kata agung itu, tegakah berbicara gaji?? Padahal Asa, hanya satu dari sekian banyak anak yang harus berjuang dengan penyakit dan biaya rumah sakit
Biarlah itu menjadi tanggungjawab presiden.

Saya sangat bangga dengan orang tua Asa, dalam kebingungan, dari mana memperoleh uang untuk menetupi biaya RS dan obat, orangtua Asa tidak pernah menyerah dan berhenti ikhtiar untuk kesembuhan anaknya, satu bukti tanggungjawab atas amanah dari sang pencipta yang sangat dijaga. Tidak dengan mengemis, kepada, pemerintah melalui dana sehat, yang seringkali mendahulukan kepentingan birokrasi ketimbang substansi.
Tiba-tiba rasa sayang muncul kepada Asa dan bunda. Padahal belum pernah mengenal, apalagi menatapnya. Betapa tidak, Asa adalah anak yang sangat mengerti arti keikhlasan, tidak hanya mengerti, tetapi menerapkannya sepanjang sakit, padahal ikhlas bagi orang dewasa belum tentu dapat diaplikasikan, ajaibnya Asa mampu, bahkan melebihi orang dewasa.

Keajaiban lain yang dapat meruntuhkan keangkuhan ambisi manusia pada perkara dunia adalah kepergian Asa diiringi proses maha agung yang membuat saya merinding, suara tahlil misterius yang didengar, tapi tidak diketahui dari mana sumbernya. Untuk kemudian di-amini para pelayat berasal dari malaikat.
Ada lagi fenomena agung, berupa datangnya serombongan pemuda tampan yang entah dari mana datangnya mengiri kepergian Asa sampai ke liang kubur dengan kalimat La illaha Illallah.. La illaha Illallah.. La illaha Illallah.. La illaha Illallah.. tanpa henti, baca bagian (Gemuruh Nyanyian Surga)

Terimakasih kepada bunda Asa yang telah menuliskan kisah perjuangan ini kedalam sebuah buku, yang merupakan keinginan Asa sesaat sebelum dia berpulang “Ma, Asa ingin membuat buku”.
Tidak masalah meski selang dua tahun dari kepergian Asa, 2007- 2009 buku ini baru di terbitkan, bukankan proses dan perjuangan menulis buku ini sangat berat, betapa tidak, kejadian manis yang selama ini ingin disimpan rapih dalam hati, secara perlahan harus di buka kembali.

Ah Asa, tahukah kamu, betapa banyak orang yang menangis mendengar cerita mu ini? betapa banyak hati yang terbuka atas keagunganmu untuk selalu mendekatkan diri kepada sang Maha Agung.

Selasa, 04 Januari 2011

Tahun Baru, Berusaha Memberi Makna

Desember, 31/ 2010, 19:05 WIB

Tinggal beberapa jam lagi tahun baru akan datang. Sedari siang, teman-teman sudah mulai sibuk menyiapkan rencana, mau kemana malam nanti, nonton kah?? Jalan-jalan?? atau bakar-bakaran?? Sedang aku, mungkin akan lebih memilih untuk di kost saja, menghabiskan malam, sambil nonton tv, nonton film, ngemil, baca buku, baca novel, menulis apa saja yang ingin ditulis dan kalau lelah, tinggal tidur. Rasanya lebih nyaman, dibanding harus keluar, berkegiatan di tengah banyak orang sampai larut malam, jika dingin datang, tidak ada selimut. Jika ngantuk, tidak ada bantal, tidak ada kasur. Menyeramkan! Hehe... mungkin itu berlaku hanya untuk diri ku.

Bagi kebanyakan orang, akan lebih bersemarak kalau merayakannya sambil berlibur, menghabiskan malam, melihat kembang api dan bercengkrama dengan teman, keluarga dan orang terkasih. Akupun, jika di rumah, bersama keluarga, sudah pasti merayakan kecil-kecilan pergantian malam tahun baru ini. Tadi sore, adik bungsu ku mengirim pesan, awalnya cukup menyejukkan, menanyakan kabar kakaknya, dan ternyata ujung smsnya menggoda, katanya di rumah sudah siapa beberapa makanan dan jagung untuk di bakar. Mmhh.. mengasikkan bukan? Bersama orang tua dan adik, di rumah kecil kami di Bekasi sana, menghabiskan banyak makanan sampai perut tidak sanggup lagi menampungnya... - tidak usah dibayangkan, sudah pasti indah dan menghangatkan. Tapi, aku disini, bukan di rumah!

Oh iya, aku ingat, kalau tidak salah, masih ku simpan beberapa film di laptop, setidaknya ada yang bisa membantu untuk menghabiskan waktu kalau nanti, nonton tv sudah bosan, baca buku sudah pegal, dan menulis sudah tidak ada yang bisa ditulis. Bisa ku pastikan, pergantian tahun malam ini, pukul 00.00 WIB akan ku lewati dalam lelapnya tidur. Jangan khawatir, aku masih bisa menyapa tahun baru, besok, saat bangun akan ku sapa pagi dengan berkata “selamat datang tahun baru”.

Aku ingin memberi makna yang lebih mendalam di malam ini, tentang perjalana sepanjang tahun 2010, itu akan lebih mudah jika di kost saja. Di luar, sudah pasti tidak bisa berfikir untuk memaknai, karena beragam interkasi akan ada. Jadi, akan lebih efisien kalau di kost saja, hitung-hitung menyiapkan tenaga untuk menyambut pagi di tahun 2011. Bukan kah perjuangan akan menjadi lebih berat, dikala umur kian meningkat. Mulai besok, semua kejadian di tahun lalu akan menjadi sejarah. Semua kesenangan, kebahagian, kesuksesan dan kegagalan akan menjadi sebuah kenangan. Sebagian terlupakan dan sebagian lagi tersimpan rapih dalam ingatan. Satu yang selalu aku fikrikan, tentang hidup yang bermakna, sudahkah ada di hari-hari ku yang lalu?? Bisakah aku menjawab? Dengan apa aku mengukurnya? Yang jelas, sering aku merasa kosong, dan kata orang, ketidakadaan makna itulah yang menyebabkan kekosongan. Berarti hari lalu-ku belum ada makna?? Lantas, seperti apa hidup yang bermakna itu??

Lama kucari-cari arti sebuah hidup yang bermakna. Sampai akhirnya di penghujung tahun, baru ku temukan jawabannya, dari buku yang baru selesai di baca. Hidup bermakna adalah hidup yang berguna untuk orang lain, terus memperkaya diri dengan pengetahuan, menghasilkan karya, berfikir dan menulis. Ting...! tahulah aku apa yang disebut hidup bermakna itu. Tapi, untuk menjawab pertanyaan, sudahkah hidup ku bermakna?? Aku masih belum bisa menjawab jika yang di minta hanya dua jawaban yaitu, sudah atau belum. Waktu ku jawab sudah, rasanya belum banyak ilmu yang di punya, belum ada karya yang di cipta dan belum banyak menggunakan otak untuk berfikir, tulisan ku juga hanya tulisan asal tidak terlalu besar. Namun, jika aku jawab belum, bukankah otakku sudah pernah digunakan untuk berfikir, meski tulisan ku kurang bernilai, bukankah sudah merupakan sebuah kemajuan dapat menuliskan gagasan, yang untuk sebagian orang butuh belajar untuk melakukannya. Jadi aku harus menjawab apa? sudah atau belum??

Bingung!...- tapi... Mengapa harus ku pilih salah satu dari ke dua jawaban itu. Bagaimana kalau ku tawarkan jawaban yang ketiga, bahwa aku sedang berusaha untuk memberi makna dalam hidupku, itu jauh lebih bagus bukan.?? Setidaknya itulah yang kupahami sepanjang tahun 2010, dan menjadi tepat, kalau momentum pergantian tahun ini ku gunakan untuk berusaha memberi makna di tahun yang akan datang.