Laman

Selasa, 27 Juli 2010

Belajar ikhlas dari mereka...

Bagi saya dan mungkin beberapa teman di akun blog ini, sering membaca rasa dan fikiran saya tentang teman. Segala sikap yang saya ambil bagi mereka yang menjauh. Satu apresiasi akan pertemuan dengan orang-orang baru yang kemudian berubah menjadi teman. Membosankan bagi yang membaca, mungkin. Namun untuk saya, semua perputaran kejadian selalu menarik, meski topiknya sama tetap beda makna dan emosi yang dilibatkan. Untuk itu, meski saya sadar, sudah terlalu sering menulis tentang orang-orang disekeliling, kekuatan untuk menulisnya tidak pernah pudar, menyarukan rasa malu nantinya blog ini dibilang melulu tentang teman. Disinilah ruang saya bebas bersuara, melantangkan perasaan yang tidak bisa diucapkan di forum lain. Ini blog pribadi, dan secara pribadi pula saya ingin membebaskan jiwa ini untuk menuangkan semua yang dirasa.

Bukan berarti saya individu anti sosial, tidak memerlukan orang lain untuk berbagi, tentang perasaan, emosi dan amarah. Semua itu tidak sabar ingin dituangkan dalam obrolan wanita. Hanya, untuk berbagi cerita kepada orang lain belum bisa saya muarakan pada satu orang. Belum ada dia, siapapun itu yang mampu saya relakan untuk mulut ini bercerita dan berkeluh kesah tentang semua kejadian hidup yang saya alami. Teman disekeliling kebanyakan wanita, mudah saja jika ingin berbagi. Rupanya, itu tidak mudah, tipikal kepribadian menahan saya menceritakan masalah dan jurnal kehidupan yang saya jalani. Mungkin pemikiran ini salah untuk beberapa orang. But not for me! Saya hanya memerlukan personal tunggul untuk saya berbagi, kepadanyalah, dia, pria dewasa dengan kewibawaannya, yang nantinya akan menjadikan setiap keluhan dan bahagia saya menjadi separuh dari nafas kehidupannya. Itu alasan, mengapa saya tidak bisa dengan terang mencurahkan perasaan kepada teman layaknya obrolan wanita.

Saat hati dan fikiran lelah, ada beberapa sosok baru yang mengingatkan saya untuk merasakan beban ini dengan damai. Melepas secara perlahan. Keajaiban kadang datang tidak diundang, mereka yang tidak pernah terbesit akan dekat, kini mulai menunjukkan kenyataan sekenario sang maha kuasa. Dengan segala cara pendekatannya, melalui pertemuan singkat yang mengikat kami dalam satu kerja bersama. Hasilnya, kerja singkat itu membawa saya, dan beberapa teman berbeda konsentrasi menerima persahabatan tanpa tawaran resmi diatas kertas. Teman yang kini menjadi kawan, yaitu mereka wanita-wanita unggul, yang mampu menatap kejadian dengan sudut penuh optimis, menyaring semua berita kedalam pandangan yang sangat dewasa dan bijak. Melihat setiap perbedaan dengan indah dan penerimaan yang lapang. Mendengar keburukan orang dan men-skip’nya menjadi bahan evaluasi diri.

Jika diruntut, mungkin saya akan terbingung, darimana kebersamaan ini bisa tercipta. Saya teringat sebuah, entah teori atau hanya satu pemaknaan hidup yang saya terima, bahwa kebersama tercipta jika ada satu kesamaan rasa dan cara pandang. Orang baru datang silih berganti, hanya berlalu dan tidak semuanya menjadi kawan. Bahkan ada yang kian menjauh. Saya dan beberapa teman baru saya, memiliki satu sudut pandang dan penilaian yang sama. Melihat segala keruwetan hidup dengan pandangan sederhana. Kabar penilaian buruk tentang orang-orang hanya sebagai gosip, its just having fun, that’s entertainment. Kami sadar, bahwa kekurangan orang bukanlah hal besar yang harus dipermasalahkan. Dan masalah-masalah yang datang akan ada jalan keluar dengan mental plus yang harus dibangun.