Allah akan memberi jalan bagi
siapapun yang meminta, hanya waktu dan dengan cara bagaimana, itu yang sering
belum terlihat.
Berbulan-bulan terakhir, sebelum
Allah memperlihatkan cara-Nya… saya begitu jengkel dan marah. Mengapa semua
rencana dan keinginan begitu sulit dikabulkan. Salah saya apa ya Allah!!
Berbagai literature mengenai kesabaran dan ujian hidup saya cari dan saya baca. Kerja keras berdamai dengan hati sungguh bukan perkara mudah. Jatuh bangun saya mengeluh, menangis dan terus bertanya, Mengapa? Mengapa? Mengapa? – sampai berbulan-bulan tak ada jawab. Kesalnya bukan main.
Beberapa kali Allah menunjukkan
kesempatan. Saya ikuti kesempatan itu, dan hasilnya belum rezeki. Begitu terus
berulang berkali-kali. Sampai-sampai standar cita-cita yang tinggi saya
kendorkan, tetap Allah tidak memberi. Gagal lagi! Kecewa lagi!
Sampai saya berfikir, mungkin ada
yang salah, ada hijab yang begitu besar menghalangi do’a saya. Tapi apa? Saya tidak
tahu… untuk mengetahuinya harus tanyakan ke orang lain, apa yang kurang dan
salah dalam sikap ini.
Saya butuh komentator!.
Sosok pertama yang saya ingat
adalah kakak, karena dia yang tahu mengenai sikap, pemikiran dan karakter saya.
Pertama-tama, kakak menyarankan untuk meminta maaf kepada orang tua. Saya
ikuti. Kemudian bersedekah. Saya ikuti. Kemudian tahajut. Saya ikuti. Sebulan,
dua bulan, tiga bulan, empat bulan bahkan lima bulan saya tunggu, saat hampir
mulai putus asa, Allah datang dengan ‘tangannya’ memberikan sebuah kesempatan
lagi kepada saya.
Saat itu saya fikir, ini
kesempatan yang mudah dengan segala kompetensi yang saya punya. Saya percaya
kali ini pasti Allah menunjukkan Kerohiman-Nya.
Tetapi, nasib buruk tak bisa
ditolak, Allah masih menunda kebahagian saya. Saya dinyatakan tidak lulus
seleksi!
Mengetahui itu, saya setres mendekati frustasi. Stress-full. Dalam
lirih saya berkata “ya sudah ya Allah, hamba pasrah”. Satu tahun bukan waktu
yang sebentar, namun jika dalam satu tahun dengan sekian kali kegagalan bisa
hamba lalui, kali ini juga pasti bisa.
Dilemanya bukan main, berkecamuk
jadi satu antara kesal dan mengasihi diri sendiri. Malang betul nasib ini..!!
“Jika apa yang diharapkan belum tercapai, tak usah bersedih, selama
masih ada hari, kesempatan akan selalu ada... yg dituntut hanya usaha..!!!
selamat berusaha..!” – kata-kata ini yang saya tulis dalam akun jejaring sosial
untuk menyemangati diri sendiri waktu itu.
Satu hari kemudian, saya melakukan
perjalanan silaturrahmi mengunjungi teman untuk me-refreshing’kan diri.
Sebaik-baik tawa yang terbahak-bahak adalah ketika bersilaturrahmi dengan teman
dan saudara. Berbagi cerita, pengalaman, dan mengenang masa-masa lalu.
Cara ini sangat ampuh untuk me-recharging
semangat.
Saya pulang ke rumah dalam keadaan bersemangat dan mulai melupakan
kegagalan kemarin, dalam qolbu berkata innallahama’ani
(sesungguhnya Allah bersama saya) dan satu kutipan yang saya ingat bahwa “Doa memiliki
takaran, syarat, sebab, prolog, kerja keras, dan bahkan pengorbanan yang besar”.
Mungkin pengorbanan saya kurang besar, kerja
keras saya kurang keras dan prolog cerita hidup saya belum selesai, maka apa
yang diinginkan belum tercapai. Tak mengapa. Yang dituntut hanya usaha, maka
berusahalah mal..!
Hari
berikutnya, Subhanallah.. semua tangis, keluh dan kepasrahan saya mendapat
respon baik dari Allah, tempat yang kemarin saya dinyatakan tidak lulus seleksi
menelephone saya untuk interview ulang dan hari seninya saya sudah harus masuk.
Sebabnya ada satu staff baru yang harus ikut suami pindah daerah, sehingga
membutuhkan pengganti.
Subhanallah,
ini kejadian begitu cepat, kamis saya tahu tidak lulus, jum’at ada yang
mengundurkan diri, dan sabtunya saya dipanggil interview ulang, senin sudah
masuk. Rupanya dalam kepasrahan Allah menunjukkan jalan. Dan saya ingat betul,
ketika sedang bersilaturrahmi ke teman lama, saya nyeletuk berkata bahwa senin
saya sudah masuk kerja. Padahal saya sudah tahu tidak dirokemendasikan, dan
tidak mungkin senin masuk kerja. Tapi rupanya, Allah mengatakan ‘kun’ maka
terjadilah. Sungguh-sungguh jawaban doa yang begitu indah… memberi jalan dengan
cara yang tidak disangka…
Pelajaran
apa yang bisa saya ambil dari ini semua? Bahwa terjatuh memang sakit, namun
dari jatuh itu saya belajar untuk mengasah mental. Jalannya memang panjang, kelokannya
banyak nan mengular. Seperti ‘kelokan seribu’ dalam sebuah buku. Inilah hidup,
tidak mudah. Saya teringat perkataan John F Kennedy, ia berkata “don’t pray for
easy life, pray to be a stronger man”. Jalan saya tidak mudah, tapi itu yang
membuat saya menjadi pribadi yang kuat “tak mengapa lambat, dari situ akan
belajar kematangan dari proses” kata sebuah prolog film korea.