“Omelan” orang tua yang sampai
sekarang ini masih terngiang adalah
“hemat nak, jangan boros-boros, belajar hidup perihatin”.
Nasehat itu adalah refleksi perasaan
ibu saya yang melihat anaknya terlalu boros.
Bayangkan, jika uang saku untuk sebulan habis dalam waktu dua minggu,
bahkan pernah habis dalam satu minggu.
Sifat uncontrolled seperti ini sebenarnya saya tahu penyebabnya yaitu
kurangnya manajement keuangan. Saya terlalu mengikuti keinginan tanpa
memikirkan apakah dengan pengeluaran yang berlebihan akan menutup biaya hidup
selama sebulan. Saya sering lepas control belanja, makan dan jalan-jalan.
Difikiran saya saat itu adalah uang
habis masalah belakangan, dari pada saya bĂȘte menunda kesenangan shopping atau
dari pada saya sendiri di kost mending ikut temen jalan-jalan, padahal uang
tinggal sedikit. Dan penyesalan biasa datang belakangan. Sebagai anak kost mau
tidak mau harus telephone minta uang, saat-saat seperti itu biasanya saya bertekat, bulan depan harus hemat, berjanji
di telephone dengan ibu saya tidak akan terulang kejadian seperti ini (uang
saku habis duluan).
Apa yang terjadi di bulan
berikutnya? Yupzz, saya tidak bisa berhemat. Terus seperti itu selama saya
kuliah. Karena saya tahu bahwa ibu saya tidak akan tega, walaupun ngomel-ngomel
pasti tetap ditransfer.
Namun, dalam hati saya tidak
terima keadaan boros saya ini. Sampai saya kerja memiliki penghasilan sendiri, barulah
ada peningkatan, uang gaji dapat bertahan selama sebulan, artinya saya tidak
kehabisan uang ditengah bulan. Tetapi buruknya, saya tidak bisa menabung. Sampai
pada saat saya mendengar teman-teman dekat saya sudah memiliki uang tabungan.
Dan jumlahnya tidak sedikit. Saya mulai berfikir bagaimana caranya untuk
menabung. Menabung di bank masih ada ATM dan itu tidak pernah berhasil sejak
jaman kuliah. Muncul ide menggunakan celengan plastik dengan syarat sehari
menabung dua ribu rupiah, wajib! Hal ini berlangung hanya beberapa bulan. Bulan
berikutnya tebok celengan karena kepepet, uangpun raib.
Langkah berikutnya menyiapkan
amplop yang ditulis keinginan. Waktu itu ada beberapa keinginan saya, yaitu rumah
baru dan liburan ke Singapur. Alhasil saya siapkan dua amplop yang
masing-masing saya tulis di atas amplopnya “untuk ke Singapur” dan “untuk rumah
baru” dengan ketentuan tiga ratus ribu perbulan di masing-masing amplop selama
dua tahun. Cara ini pun gagal total! Hanya bertahan beberapa bulan.
Sampai melakukan Anatomi Slip
Gaji juga pernah, meski tidak se-detail yang diajarkan LiveOlive dalam Bagian 1
: Anatomi Slip Gaji.
Disitu saya hanya memetakan dari
Slip Gaji bulan ini pengeluaran belanja pokok bulanan (sabun, shampo, pembalut
dll) adalah sekian, parfum habis maka saya anggarkan sekian, sepatu diganti
saya anggarkan sekian, setelah di total tersisah Rp. 1jt (misal), masih bisa
untuk nabung dua ratus ribu (misal). Sisa bersih berarti delapan ratus ribu.
Secara logika uang ini cukup seharusnya, mengingat pemetaan diatas sudah cukup rapih. Tetapi apa
yang terjadi? GAGAL TOTAL!! Implementasinya tidak jalan. Parfum yang sudah
dianggarkan tidak kebeli. Sisa yang seharusnya cukup malah terasa kurang. Tabungan
tidak bertambah-tambah.
Intinya saya tidak pandai menahan
diri untuk teratur mengeluarkan uang. Jika sudah ingin, maka ambil! Saya sadar
sepenuh hati itu salah, tapi susaaaah menahannya!! Rasanya, sudah buntu
menasehati diri ini! Apa lagi yang harus dilakukan untuk mengolah uang.
Untungnya saya sadar, dan jika
sudah begitu saya harus banyak membaca terkait manajemen keuangan. Banyak tips
dan trik saya baca dan salah satu yang menggugah adalah tulisan dalam situs LiveOlive mengenai kutipan wawancara dengan
Wulan Krabbe:
“Apa Konsep Uang bagi Anda
Sekarang?”
“Uang mengizinkan
anda untuk memiliki kebebasan, sebab uang memampukan anda melakukan hal –
hal dalam hidup ini yang tak dapat anda lakukan tanpa uang. Oleh karena itu
setiap koin berharga bukan hanya untuk membayar tagihan, namun juga
disimpan untuk menghasilkan lebih banyak lagi”
Kalimat yang saya garis bawah menyadarkan
sekaligus memberi saya cara mengatasi kesulitan ini. Bahwa saya tetap harus
“menyimpan” hanya caranya yang mungkin berbeda dengan kebanyakan orang. Menyimpan
tidak harus dalam bentuk uang bukan? -Bisa barang, oke, kalau begitu saya mulai
langkah ini.
Caranya, saya membeli perhiasan
cash di toko tetapi angsurannya ke ibu saya (heheheheh) maksudnya saya kasbon
ke ibu. Ide ini bagus karena Saya dipaksa mengeluarkan uang dengan tujuan yang
sudah jelas. Dibanding saya petakan seperti anatomi gaji, tetapi tidak
terlaksana sesuai rencana. Lebih baik saya berhutang dan barangnya Nampak.
Hutang menjadi beban tersendiri
yang harus diprioritaskan. Artinya, saya lebih bertanggngjawab untuk melunasi
hutang.
Tahap selanjutnya “menyimpan”
dalam bentuk modal usaha. Sekarang ini saya sedang menjalankan usaha
kecil-kecilan menjual aksesoris handmade, bekerjasama dengan teman saya di
Jogja. Ini bagus, karena fokus pengeluaran gaji saya adalah untuk modal usaha.
Dengan begitu saya lebih gigih memajukan usaha karena jika tidak, maka tidak
balik modal. Disamping uang ter-investasikan, saya juga memilki pengalaman baru
dalam ber-wirausaha.
*****
Dari pengalaman mengatur keuangan
ini saya menjadi suka dengan pepatah “Banyak Jalan Menuju Roma” memang
dibutuhkan banyak kelokan untuk mencapai tujuan, yang penting temukan cara mu
dalam mengolah uang. Karena meski saya dulunya boros, tetapi saya sadar bahwa untuk
meningkatkan kesejahteraan diperlukan pengaturan keuangan yang baik.
Untuk dapat belajar mengatur keuangan
dengan baik, teman-teman dapat bergabung di ;
Facebook Fan page https://www.facebook.com/MyLiveOlive,
Follow Twitter https://twitter.com/MyLiveOlive
Subscribe youtube http://www.youtube.com/user/MyLiveOlive
Selamat menemukan cara mu mengatur keuangan..!!
Cheers...!!
Mala